Ketiga, kerjasama perdagangan yang tidak berjalan efektif, karena beberapa negara menghadapi pandemi covid-19, seperti penerapan lockdown dan lain-lain.
Keempat, adanya ancaman resesi ekonomi secara global.
“Inilah yang harus kita antisipasi sedini mungkin,” ujarnya.
Dijelaskan Novi, selama ini produk utama ekspor Indonesia ke Arab Saudi adalah otomotif, produk ikan, minyak sawit, olahan kayu, karet dan hasil pertanian. Sedangkan produk utama impor Indonesia dari Arab Saudi adalah, bahan kimia organik, kurma, plastik dan alumunium.
Namun sejak pandemi Covid-19, ekspor komoditas tersebut di atas juga terguncang. Karena itu, Kementerian Perdagangan RI menyiapkan tiga strategi jangka pendek untuk mendorong ekspor akibat pandemi covid-19.
Pertama, fokus pada produk dengan pertumbuhan positif selama pandemi, seperti makanan dan minuman olahan, alat-alat kesehatan, produk pertanian, produk perikanan, dan produk agroindustri.
Kedua, fokus kepada produk yang kembali pulih pasca pendemi. Seperti otomotif, alas kaki, elektronik, dan besi baja.
Ketiga, fokus pada produk baru yang muncul akibat pandemi covid-19, seperti produk farmasi dan produk-produk baru hasil relokasi industri.
Selain dua narasumber di atas, Webinar juga menghadirkan pembicara dari praktisi ekspor-impor. Yaitu; Nursyamsu Mahyuddin, yang menjelaskan tentang “prosedur dan manajemen ekspor produk Indonesia ke luar negeri” dan Abdul Halim Sa’i, yang menjabarkan tentang “prosedur dan seluk-beluk impor di Arab Saudi”. (mif/fin)