SBY Kesal Harga Daging Sapi Terus Meroket

Minggu 14-07-2013,12:15 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

JAKARTA - Memasuki bulan suci Ramadan, harga sejumlah kebutuhan pokok terus meroket. Salah satunya harga daging sapi yang menembus kisaran Rp100 ribu per kilogram. Persoalan melejitnya harga daging sapi yang terus melejit tersebut akhirnya membuat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) naik pitam. Dia menilai, penanganan atas persoalan daging sapi berjalan lambat. Tiga pejabat negara, Mentan, Mendag dan Kepala Bulog pun kena semprot. “Daging sapi saya kira instruksi saya sudah sangat jelas, Wapres sangat jelas, Menko perekonomian sudah pimpin beberapa kali pertemuan, tapi implementasinya lama. Terus terang saya tidak sabar, sama dengan tidak sabarnya rakyat. Mbulet. Saudara lihat pasar tidak, saudara lihat sosial media tidak. Saya ingatkan kembali saudara-saudara, pemimpin kita ini harus punya tiga sense, sense of crisis, Mentan juga harus punya sense of crisis, Kabulog, Mendag (harus punya) sense of urgency, sense of responsibility,” papar SBY saat membuka rapat terbatas di Kompleks Bandara Halim Perdanakusuma, kemarin (13/7). SBY melanjutkan, pembahasan mengenai harga daging sapi sudah berlangsung lama, bahkan sebelum Ramadan. Namun, hingga kini, belum ada langkah penyelesaian yang nyata. Harga daging sapi terus melejit. Padahal, daging sapi tidak termasuk dalam produk yang sifatnya seasonal. “Sebelum kita ambil keputusan mengurangi subsidi BBM, Wapres ingatkan beberapa kali, Menko perekonomian sampaikan agar stabilitas ekonomi itu dijaga. Memang bulan Ramadan selalu ada kenaikan, seperti cabe yang seasonal. Tapi urusan daging sapi bukan seasonal dan sudah lama kita berteriak-teriak sudah lama kita membahasnya,” jelasnya. SBY juga menyinggung sejumlah pejabat terkait yang terkesan saling lempar tanggung jawab terkait persoalan daging sapi. Karena itu, ketika ada laporan terkait masalah perizinan, SBY pun meradang. Namun dia mengakui jika persoalan birokrasi yang berbelit berada di Bulog. “Saya melihat urusan daging ini masih berputar. Saya bicara sama Mendag kemarin, izin di mana katanya, di sini-sini. Lha negara kita sendiri kok lama. Kalau izin sampai harus ke New York, Jenewa itu lama. Nggak boleh saling melempar. Birokrasi terlalu lama di pertanian, bulog,” tegasnya. Karena itu, SBY menginstruksikan agar jajaran kementerian dan lembaga terkait, bisa segera menstabilkan harga. Dia meminta, dalam hitungan hari, persoalan tersebut harus tuntas. “Kita ingin tetapkan sasaran dan kita capai. Ingat kasus kejadian kebakaran asap dan ladang di Riau kemarin, begitu all out, bersinergi tidak saling tunggu, berkoordinasi dengan baik. Cepat sekali, dalam waktu satu minggu. Karena itu, rapat ini harus action oriented. Saya ingin hitungan hari sudah ada perubahan,” imbuhnya. Menko Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan akan segera menjalankan instruksi yang diberikan Presiden SBY. Khususnya, terkait sejumlah komoditas pangan yang mengalami kenaikan hingga belasan persen, khususnya daging sapi. \"Stabilkan harga, jadikan harga wajar,\" kata Hatta dalam press conference usai rapat terbatas di Kompleks Bandara Halim Perdanakusuma, kemarin. Hatta memaparkan, untuk menstabilkan harga daging sapi, pemerintah akan menyuplai pasokan dengan menambah, salah satunya melalui Bulog. Tak hanya menambah, pemerintah juga akan mempercepat ketersediaan daging dengan memotong jatah akhir tahun untuk saat ini. “Kalau sampai terjadi harga yang naik, maka dipastikan itu suplainya terganggu, dan apabila di dalam negeri tidak mencukupi, kita buka,” paparnya. Untuk persoalan daging sapi, Hatta mengungkapkan akan ada intervensi pasar oleh Bulog dengan melakukan impor tiga ribu ton. Impor daging ini akan tuntas 25 Juli 2013. Dia mengatakan pada Selasa atau Rabu akan masuk pasokan daging lewat Soekarno Hatta sebanyak 500 ribu ton, sementara pada pekan depan sebanyak 300 ton. \"Sisanya 2.200 ribu ton lewat Tanjung Priok paling lambat 25 Juli,\" ujarnya. Hatta memaparkan, setidaknya ada 11 komoditas pangan yang mempengaruhi daya beli masyarakat. Dari 11 bahan pangan itu, ada empat kebutuhan yang kenaikannya cukup signifikan. Di antaranya, cabai rawit yang naik hingga 63,3 persen. Dia menjelaskan naiknya harga cabai rawit karena kurangnya pasokan dalam negeri, karena gagal panen menyusul hujan deras yang turun terus menerus. Komoditas lainnya yang mengalami kenaikan adalah bawang merah yang mencapai 49 persen.  “Ini karena panen yang tertunda sampai Agustus,” paparnya. Sementara daging ayam dan telur ayam, kata Hatta, tidak mengalami kenaikan berarti. Bahkan, dia mengklaim kedua komoditas pangan tersebut sedikit menurun. Dia melanjutkan, tidak semua harga pangan melambung. Dia mencontohkan harga minyak goreng yang justru turun. Selain itu harga beras juga stabil. Bahkan mencapai stok tertinggi, yakni 2,961 juta ton. ”Stok kita tertinggi selama lima tahun terakhir,” ujarnya. Sebagai gambaran, harga daging sapi normalnya Rp76 ribu per kg. Namun sejak sembilan bulan ini harga daging sapi rata-rata nasional mencapai Rp90 ribu per kg. Bahkan saat ini di beberapa daerah daging sapi sudah tembus Rp100 ribu per kg. Menteri BUMN Dahlan Iskan menyayangkan hal itu. Sebab, sejak Maret lalu dia telah mengusulkan agar Perum Bulog atau PT Rajawali Nasional Indonesia (RNI) diberi kuota impor untuk menstabilkan harga. Namun usulannya tidak segera diamini oleh Kementerian Pertanian dan Perdagangan. Akibatnya harga daging sapi tidak kunjung turun. Hingga akhirnya, pada akhir Juni lalu pemerintah baru memutuskan memberi kuota impor 3 ribu ton daging beku kepada Bulog. Setelah penugasan itu pun Bulog harus dipersulit dengan perizinan yang tidak kunjung keluar. Kinerja Bulog pun terhambat. ”Kami sudah ingin impor daging sebelum puasa. Kami sudah mengajukannya tiga bulan lalu. Tapi izinnya tidak keluar-keluar,” ucap Dahlan saat mengunjungi pabrik baterai, PT Nipress di Cileungsi, Bogor, Jawa Barat kemarin. Dahlan berkata, mekanisme impor daging itu tidak mudah. Sebab diperlukan waktu yang cukup lama dari proses pemesanan, pengapalan, hingga sampai di Indonesia. Saat sudah terdesak, minggu lalu pemerintah mengutus Bulog untuk mengimpor daging melalui jalur udara. Lagi-lagi Bulog terhambat perizinan. Sebab untuk masuk melalui Bandara Soekarno Hatta, Bulog memerlukan izin khusus dari Balai Karantina Bandara Soekarno-Hatta yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian. Izin itu baru keluar Kamis (11/7). Menurut Dahlan, semua sudah menyadari harga daging sudah tinggi. Kenaikan harga BBM, tahun ajaran baru, dan puasa sudah memicu inflasi. ”Mestinya inflasi itu tidak harus ditambah lagi dengan kenaikan harga yang mestinya bisa dihindari kalau persiapannya baik,” ujar Dahlan. Akibat terlambatnya perizinan itu, daging impor Bulog yang direncanakan sudah sampai pada minggu pertama Ramadan harus mundur. Bulog pun tidak dapat segera melakukan operasi pasar guna menekan harga. Di tempat terpisah, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengakui keterlambatan perizinan yang diberikan kepada Bulog. Dia berkilah, keterlambatan itu disebabkan Bulog yang tidak segera melaporkan kepemilikan fasilitas cold storage (lemari pendingin). Padahal cold storage merupakan syarat utama yang harus dimiliki importir daging. Gita mengaku Bulog baru melaporkan kepemilikan cold storage-nya Kamis lalu. ”Bulog sudah melaporkannya Kamis lalu. Setelah itu surat izin rekomendasi dari Kementerian Pertanian keluar dan pada hari itu juga surat persetujuan impor dari Kementerian Perdagangan keluar,” jelasnya. Melalui izin itu, Bulog diizinkan mengimpor 800 ton daging lewat udara dan sisanya, 2.200 ton, lewat laut. Daging impor lewat jalur udara diperkirakan datang 1-2 hari kedepan sedangkan yang melalui jalur darat ditargetkan sampai sebelum 25 Juli. Di saat harga daging masih betah di level harga tertinggi, harga daging dan telur ayam mulai turun. Ketua Gabungan Perusahaan Perunggasan Indonesia (GAPPI) Anton Supit mengatakan sejak kemarin harga daging dan telur ayam turun sekitar Rp1.500 per kg. Penurunan itu diakibatkan melimpahnya pasokan dan penurunan permintaan. ”Penurunan ini bakal berlanjut hingga Lebaran nanti. Bahkan karena melimpah pasokan ini, saya khawatir harga daging ayam paska Lebaran bakal anjlok,” terangnya. Berdasarkan data yang dihimpun GAPPI saat ini harga daging di tingkat peternak Rp30 ribu per kg. Sedangkan di pasar rata-rata dijual Rp33 ribu per kg. Dia yakin nanti harga daging ayam kembali normal Rp26 ribu per kg. Anton mengklaim, Juli ini pihaknya telah menyediakan 200 ribu ton daging ayam. Jika dibandingkan antara produksi dan permintaan,  Juli ini terdapat surplus 13 ribu ton daging ayam dan pada Agustus diperkirakan surplus 12.600 ton. Hal yang sama juga terjadi pada telur ayam ras. Pada Juli ini terdapat surplus 16.100 dan pada Agustus diprediksi surplus 11.700 ton. (uma)

Tags :
Kategori :

Terkait