Ok
Daya Motor

Imbas Penutupan Tambang Gunung Kuda, Kegiatan Lembaga Pendidikan Terhenti, Kok Bisa?

Imbas Penutupan Tambang Gunung Kuda, Kegiatan Lembaga Pendidikan Terhenti, Kok Bisa?

Pengawas Yayasan Al Islah, Apung Furqon, meminta Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk mengevaluasi penutupan Tambang Gunung Kuda tanpa memperhatikan nasib para pekerja.-Samsul Huda-Radar Cirebon

CIREBON, RADARCIREBON.COM - Imbas dari penutupan tambang Gunung Kuda dan lokasi lainnya di Kabupaten Cirebon, berpengaruh terhadap kegiatan lembaga pendidikan.

Seperti diketahui, pasca meninggalnya puluhan pekerja tambang di lokasi galian Gunung Kuda akibat tertimbun longsor, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengeluarkan kebijakan.

Seluruh tambang yang ada di wilayah tersebut, aktivitasnya ditutup total oleh Gubernur Jabar yang akrab dipanggil Kang Dedi Mulyadi (KDM).

Akvitas tambang di kawasan Gunung Kuda total mandek. Dampaknya dirasakan luas. Bukan hanya pengelola tambang yang dibuat pusing. Lembaga pendidikan, masyarakat dan para pekerja pun kena imbas dari kebijakan Gubenur Jabar.

Salah satunya adalah Yayasan dan Kepontren Al Islah yang selama ini turut mengelola tambang di wilayah tersebut.

BACA JUGA:Raih Penghargaan Best Domestic Custodian Bank, BRI Catatkan Nilai Asset Under Custody Terbesar di Indonesia

BACA JUGA:Kebakaran Rumah Hari Ini di Cirebon, 1 Unite Damkar Dikerahkan ke Pamengkang

Pengawas Yayasan Al Islah, Apung Furqon, mengungkapkan, penutupan tambang membuat kegiatan ekonomi dan sosial yang selama ini dijalankan lumpuh total.

"Selama ini, hasil tambang kami gunakan untuk mensubsidi BPJS kesehatan guru, memberi sembako setiap bulan, dan membiayai operasional pendidikan. Tapi, sekarang semua itu terhenti,” ujar Apung dikutip dari Harian Radar Cirebon.

Perlu diketahui, Yayasan Al Islah mengelola sejumlah lembaga pendidikan dari tingkat Taman Kanak-kanak (TK) hingga Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI). 

Apung menegaskan, lokasi longsor yang menjadi alasan penutupan tambang bukan berada di wilayah tambang yang dikelola Al Islah, melainkan di lokasi tambang lain milik Al Azhariyah. 

"Di lokasi yang kami tambang, struktur tanahnya batuan keras. Risiko longsor kecil. Tambang kami menghasilkan material untuk urugan, campuran semen, keramik, dan hiasan. Tapi semuanya ikut dihentikan," kata Apung.

BACA JUGA:BRI Raih Penghargaan ASEAN Corporate Governance Scorecard (ACGS), Bukti Komitmen Tata Kelola yang Unggul

BACA JUGA:Dinkop dan UKM Peringati Harkopnas ke-78 Tahun 2025

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait