Tim STMIK IKMI Cirebon Raih Perunggu di Cipta Nusantara Fest Yogyakarta
Tim STMIK IKMI Cirebon meraih medali perunggu pada Cipta Nusantara Fest di Yogyakarta, lewat gagasan es krim jamu yang menempatkan mereka di posisi tiga kategori Fashion and Culinary Business Plan.-Ade Gustiana-radarcirebon
CIREBON, RADARCIREBON.COM - Tim STMIK IKMI Cirebon meraih medali perunggu pada Cipta Nusantara Fest di Yogyakarta, lewat gagasan es krim jamu yang menempatkan mereka di posisi tiga kategori Fashion and Culinary Business Plan.
Tim itu adalah lima mahasiswa: Farel Fiwansyah Viwantama (Teknik Informatika), Muhammad Faisal, Zacky Muhammad Dinata, Yulie Yanti Kasman, dan Ayu Aulia (kesemuanya Sistem Informasi).
Kompetisi itu berlangsung empat hari. Datang Jumat. Presentasi Sabtu. Study tour Minggu. Pulang Senin. Padat. Ketat. Dan diikuti peserta dari banyak kampus. Dari Sabang sampai Merauke. Dari Malang, Bali, Sulawesi, Surabaya, Jakarta, hingga kota-kota lain. Satu bidang saja berisi 12 tim. Total ada enam bidang perlombaan.
IKMI hanya mengirim satu tim. Tim lain membawa pasukan. Universitas Negeri Malang, misalnya, mengirim hampir satu angkatan. Satu tim lima orang. Dua puluh tim langsung. Perbandingan yang timpang. Namun, tim kecil dari Cirebon ini justru pulang dengan hasil.
BACA JUGA:Seminar Literasi Digital STMIK IKMI Cirebon: Strategi Sosialisasi Informasi di Medsos Era AI
Mereka mengusung gagasan sederhana tapi kuat: es krim jamu. Perpaduan antara rasa, kesehatan, dan identitas Nusantara. Produk yang berusaha memikat konsumen muda tanpa meninggalkan akar budaya. Tim ini membayangkan es krim jamu sebagai jembatan antara gaya hidup modern dan tradisi minuman herbal.
Di Cirebon, mereka sudah mencoba membuatnya. Sudah dicicipkan ke mahasiswa. Ke dosen. Responsnya datang beragam tapi mayoritas memberi dukungan.
Namun, ada keterbatasan besar: produk tidak bisa dibawa ke lokasi lomba. Dibutuhkan freezer besar. Dibutuhkan pengemasan khusus. Dan perjalanan jauh membuatnya mustahil. Maka mereka hanya berangkat dengan prototipe konsep. Sementara tim lain membawa produk lengkap. Ada aplikasi. Ada makanan. Ada kemasan jadi. Ada sampel siap cicip.
Situasi ini menciptakan tekanan tersendiri pada presentasi. Namun, presentasi justru menjadi titik penting dalam penilaian. Bukan soal hafalan. Bukan membaca PPT. Tapi kemampuan menjelaskan bisnis dari hulu ke hilir. Tentang bagaimana produk itu nanti dipasarkan. Dioperasikan. Dikelola. Dan dihitung kelayakan keuangannya. Selain itu, ketenangan saat menjawab pertanyaan juri juga menentukan.
BACA JUGA:Workshop Riset STMIK IKMI Dorong Dosen Tembus Hibah Kemdiktisaintek 2026
Faisal, mahasiswa semester enam Sistem Informasi, menjelaskan bahwa ilmu perkuliahan membantu, namun tidak sepenuhnya. Teori tidak langsung menuntun pada praktik kompetisi. Yang lebih terasa justru jaringan. Hubungan dengan dosen. Sesi diskusi. Konsultasi. Semua membantu merapikan konsep sebelum berangkat ke final.
Kompetisi ini diselenggarakan EduHub bekerja sama dengan Universitas Negeri Yogyakarta. Tahun ini merupakan volume kedua. Volume pertama berlangsung di Riau. Formatnya sama: kompetisi rencana bisnis tingkat nasional dengan peserta lintas perguruan tinggi.
Meski meraih medali perunggu, tim IKMI belum bisa membawa usaha itu ke produksi massal. Biaya masih melekat sebagai hambatan. Produksi es krim berbahan jamu perlu alat. Perlu tempat. Bahkan sekadar membuat gerobak pun membutuhkan modal. Mereka masih menunggu kesempatan. Mungkin lomba berikutnya. Mungkin pendanaan dari program inkubasi bisnis. Mungkin investor yang melihat potensi.
Untuk saat ini, ide itu masih menjadi gagasan. Namun, gagasan yang telah diuji. Yang sudah mendapat pengakuan. Yang membawa STMIK IKMI Cirebon berdiri di podium—di antara kampus-kampus besar negeri ini.
BACA JUGA:IKMI Cirebon Wakili Indonesia di ASEAN Cyber Race 2025
Dan itu sudah langkah penting. Sebuah awal. Sebuah pembuktian bahwa tim kecil bisa tampil percaya diri di panggung besar dan tetap pulang membawa hasil. (ade)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


