Jelang Nataru, Harga Beras Potensi Naik di Akhir 2020

Jelang Nataru, Harga Beras Potensi Naik di Akhir 2020

JAKARTA – Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) meminta pemerintah melakukan antisipasi kenaikan harga beras potensi terjadi pada akhir 2020.

Peneliti CIPS Galuh Octania mengatakan, berdasarkan laporan Indeks BURT (Bulanan Rumah Tangga) oleh CIPS setiap bulan menunjukkan harga beras kualitas medium sejak Oktober memang terpantau stabil tinggi di kisaran Rp12.500 per kilogram (kg).

“Namun, harga ini berpotensi untuk mengalami kenaikan jelang Natal dan Tahun Baru 2021,” kata Galuh Octania dalam keterangannya, kemarin (3/12).

Oleh karena itu, ia meminta pemerintah segera melakukan antisipasi kenaikan harga beras. Saat ini jumlah stok beras sebanyak 1,1 juta ton, angka ini lebih rendah dibandingkan tahun 2019 yang berjumlah 2,24 juta ton.

Ia menekankan pemerintah mengantisipasi ketersediaan beras, tidak hanya untuk menghadapi libur akhir tahun akan tetapi juga menghadapi kebutuhan tahun 2021.

Sementara itu, Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo sebelumnya memastikan cadangan pangan nasional selama Musim Tanam (MT) 2020 telah tercukupi. Bahkan Indonesia mengalami overstock beras hingga mencapai 7 juta ton.

Berdasarkan data KSA BPS, stok awal beras nasional hingga akhir Desember 2020 mencapai 5,9 juta ton. Apabila produksi beras sebesar 31,63 juta ton dan kebutuhan konsumsi mencapai 30 juta ton, maka hingga akhir tahun mendatang Indonesia memiliki stok akhir kurang lebih sebanyak 7 juta ton.

“Semua ini pastinya karena kerja keras kita semua, karena jerih payah petani yang selalu menanam serta para aparat yang selalu setia mengawal dan mendampingi. Saya ingin sinergi semacam ini terus berjalan,” ujar Mentan Syahrul.

Menurutnya, produksi beras merupakan indikator kinerja Kementerian Pertanian (Kementan) yang menjadi tolok ukur atas keberhasilan berbagai program yang ada. Produksi beras juga sekaligus indikator utama di mana kesejahteraan petani perlahan tapi pasti terus mengalami peningkatan.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat selama November 2020, rata-rata harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani turun 1,93 persen dan rata-rata harga beras kualitas premium di penggilingan turun sebesar 1,00 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Tren penurunan harga gabah terjadi karena beberapa alasan diantaranya pasokan yang masih terjaga karena sejumlah wilayah masih musim panen. “Curah hujan juga tinggi sehingga berdampak ke kualitas gabah dan membuat turun harga. Ini yang barangkali menyebabkan harga gabah turun,” tukasnya terkait harga gabah yang berpengaruh pada harga beras.(din/fin)

https://www.youtube.com/watch?v=wrabVi9vuK4

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: