Ditargetkan 3,2 Persen Inflasi Sektor Pangan

Ditargetkan 3,2 Persen Inflasi Sektor Pangan

JAKARTA – Inflasi sektor pangan pada 2021 ditargetkan di posisi 3,2 persen. Angka tersebut agar bisa menjaga stabilisasi harga pangan pada tahun ini. “Ada tiga pesan bapak presiden kepada kami. Pertama, menjaga stabilitas harga terutama inflasi, serta meningkatkan daya beli, dan kepercayaan pasar,” ujar Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, kemarin (11/1).

Mendag berharap, Produk Domestik Bruto (PDB) di subsektor perdagangan besar dan eceran (bukan mobil dan sepeda motor) bisa tumbuh sebesar 4,8 persen. Selain itu, kontribusi produksi dalam negeri terhadap konsumsi rumah tangga nasional juga ditargetkan dapat tumbuh 94,3 persen.

Transaksi perdagangan berjangka komoditi juga ditargetkan bisa tumbuh 8 persen, nilai resi Gudang uang diterbitkan tumbuh 7 persen, dan realisasi nilai transaksi pasar lelang komoditas ditargetkan tumbuh sebesar 3 persen.

Mewujudkan target tersebut, ada lima strategi yang telah disiapkan Kemendag. Pertama, memperbaiki tata kelola perdagangan menjadi lebih transparan dengan memanfaatkan platform digital/elektronik dalam proses pengurusan perizinan.

Kedua, memastikan jalur logistik nasional berjalan dengan baik agar Indonesia mendapatkan efisiensi dan kestabilan harga sehingga dapat terjangkau masyarakat.

Laku, ketiga, memperkuat infrastruktur melalui revitalisasi pasar rakyat pada 2021 sebanyak 119 unit dengan empat prinsip revitalisasi yaitu “isik, manajemen, ekonomi, dan sosial.

Terakhir, akan meningkatkan kualitas produk-produk Indonesia sehingga mampu berkompetisi, diterima, dan menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Desember 2020 mencapai 0,45 persen. Sementara selama 2020, inflasi mencapai 1,68 persen. Posisi tersebut lebih rendah sejak 2014.

“Untuk year on year 1,68 persen, tapi kalau kita bandingkan hanya sampai sampai 2014 ini menunjukkan inflasi yang terendah,” ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto.

Ia merinci, Inflasi lebih disebabkan oleh makanan, minuman, dan tembakau yang memiliki andil 0,91 persen terhadap inflasi secara tahunan. Disusul oleh kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan andil 0,35 persen.

Sementara kelompok transportasi justru memiliki andil deflasi 0,11 persen ke inflasi umum secara tahunan. Begitu juga kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang memiliki andil deflasi 0,02 persen. (fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: