WhatsApp Mulai Ditinggalkan, Pemerintah Indonesia Disarankan Buat Platform Lokal

WhatsApp Mulai Ditinggalkan, Pemerintah Indonesia Disarankan Buat Platform Lokal

JUTAAN orang di dunia mulai meninggalkan WhatsApp usai pihaknya mengumumkan perubahan kebijakan privasi datanya. Kabarnya, dalam seminggu terakhir, jutaan pengguna aplikasi pertukaran pesan ini mulai beralih ke layanan alternatif.

Menurut firma analisis aplikasi seluler Sensor Tower, aplikasi Signal yang merupakan pesaing WhatsApp, mencatat kenaikan unduhan sebesar 17,8 juta dalam periode 5 hingga 12 Januari 2021, naik dari hanya 285.000 unduhan pada minggu sebelumnya.

BACA JUGA: Gerah, WhatsApp Tarik Rem Darurat, Tunda Aturan Privasi Terbaru

Aplikasi serupa lainnya, Telegram, mencatat kenaikan 15,7 juta unduhan selama periode yang sama, dua kali lipat lebih banyak dibanding 7,6 juta unduhan pada minggu sebelumnya.

Setali tiga uang, aplikasi bertukar pesan berbayar Threema yang sebagian besar melayani negara-negara berbahasa Jerman, juga mendapati kenaikan jumlah unduhan. Meski aplikasi ini tidak sepopuler aplikasi pertukaran pesan lainnya, namun Threema diyakini memiliki sensitivitas tinggi terhadap perlindungan data.

BACA JUGA:Pemerintah Harus Tegas, Soal WhatsApp

\"Unduhan akan terus meningkat. Minggu lalu kami mencatat unduhan harian 10 kali lebih banyak daripada hari biasa. Jadi ada ratusan ribu pengguna baru setiap hari. Itu banyak sekali,\" kata kepala Pemasaran & Penjualan Threema, Roman Flepp.

Sementara itu, unduhan WhatsApp berkurang menjadi 10,6 juta, turun dari jumlah unduhan 12,7 juta pada minggu sebelumnya. WhatsApp pun segera mengeluarkan klarifikasi, dan mengumumkan bahwa mereka akan menunda pembaruan kebijakan hingga 15 Mei.

\"Saya tidak terkejut bahwa orang-orang tidak benar-benar tahu apa yang harus mereka setujui dibandingkan dengan hal-hal yang sudah mereka setujui sebelumnya,\" kata Supervisor Perlindungan Data Eropa Wojciech Wiewiorowski kepada DW.

\"Sejak orang-orang sadar akan konsentrasi pasar, dan fakta bahwa semakin sedikit perusahaan yang ada dan berarti perusahan-perusahaan itu memegang kendali lebih besar atas informasi online, situasi terkait pembagian data antar layanan menciptakan beberapa keraguan bagi pengguna,\" imbuhnya.

Pada awal Januari, pengguna WhatsApp menerima pesan pop-up yang mengumumkan tentang pembaruan kebijakan privasi aplikasi tersebut. Setelah diamati lebih teliti ada pemberitahuan bahwa semua akun yang tidak menyetujui persyaratan baru pada batas waktu 8 Februari akan ditangguhkan atau dihapus.

Banyak kekhawatiran dan kebingungan pun mencuat. Pembaruan tersebut dianggap tidak jelas bagi banyak orang, dan kebijakan privasi yang direferensikan ke Facebook membuat pengguna khawatir bahwa konten pesan mereka akan dibagikan kepada raksasa media sosial itu.

Sementara itu, Facebook mendapat banyak kritik akibat kebijakan privasi datanya yang dianggap buruk. Reaksi negatif dari pengguna tersebut mendorong WhatsApp untuk mengeluarkan klarifikasi dan menunda perubahan hingga Mei. Meskipun ada penundaan tiga bulan, pembaruan yang dimaksudkan akan tetap sama.

\"Perubahan diperlukan untuk memungkinkan pengguna mengirim pesan ke pelaku bisnis melalui WhatsApp,\" kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan resminya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: