Waduh, Harga Cabai Rawit Sampai Tembus Rp150 Ribu Per Kilogram

Waduh, Harga Cabai Rawit Sampai Tembus Rp150 Ribu Per Kilogram

TASIKMALAYA - Harga cabai belakangan semakin melambung tinggi. Terutama harga cabai rawit.

Seperti yang terjadi di Kota Tasikmalaya. Harga cabai rawit di Kota Tasikmalaya kini menembus angka Rp 150.000 per kilogram. Hal ini membuat Pemerintah Kota Tasikmalaya kebingungan menyikapi kondisi tersebut.

Dari informasi yang dihimpun Radar Tasikmalaya, kenaikan harga cabai rawit cukup signifikan sejak awal tahun 2021. Pada Januari harga cabai rawit masih di kisaran Rp 60.000-Rp 70.000 per kilogram.

Namun pada pertengahan Maret ini, harga si kecil pedas itu sudah menembus harga Rp 150.000 per kilogram di supermarket. Sedang di pasar tradisional harga cabai rawit di angka 130.000 per kilogram.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP3) H Tedi Setiadi mengakui kenaikan harga cabai rawit sangat menonjol. Dia pun belum menemukan solusi untuk menjaga kestabilan harganya. “Nanti kami akan rapat koordinasi dengan Dinas Perindag, Bagian Ekonomi dan yang lainnya,” kata Tedi kepada Radar, kemarin.

Sementara ini, dia menyarankan warga yang memiliki selera makanan pedas untuk beralih ke cabai kering atau cabai giling. Pihaknya yakin ke depannya harga cabai akan kembali stabil. ”Karena kondisinya begini, mau bagaimana lagi beralih saja dulu ke bahan-bahan alternatif,” katanya seperti dikutip dari Radar Tasikmalaya (Fajar Indonesia Network Grup).

Tedi mengaku sudah melakukan monitoring ke pasar, terkait kenaikan harga cabai rawit tersebut. Dia pun khawatir harga cabai terus naik sampai bulan Ramadan mendatang. “Kalau yang lain masih stabil, hanya cabai rawit saja,” katanya.

Hasil penelusurannya, kata Tedi, hal ini efek dari perubahan aktivitas ekonomi yang cukup signifikan. Sebagaimana diketahui pengusaha kuliner kembali bergerak setelah cukup vakum di masa pandemi. “Apalagi banyak hajatan yang juga jadi permintaan pasar meningkat,” katanya.

Sedangkan produktivitas petani mengalami penurunan akibat hama dan cuaca. Belum lagi sebagian petani cabai memilih berhenti bertani sementara waktu. “Karena sebelumnya kan mereka kesulitan juga untuk pengirimannya karena banyak pembatasan,” terangnya.

Maka dari itu, pihaknya akan turun ke kelompok-kelompok tani supaya kembali meningkatkan produktivitas. Agar ketersediaan cabai rawit kembali melimpah. “Kenapa sekarang mahal, karena barang sedikit sementara permintaan tinggi,” katanya.

Salah seorang ibu rumah tangga, Alita Banyu (31), warga Cipedes Kota Tasikmalaya mengaku kesal dengan harga cabai rawit yang terus naik. Sebab dia dan keluarganya merupakan pecinta sambal. Sehingga meski mahal, mau tidak mau harus membelinya. “Paling dikurangi jadi bikin sambalnya enggak terlalu banyak,” ujarnya.

Dia berharap ke depannya harga cabai rawit bisa kembali turun kembali. Karena lama kelamaan berat juga jika harus menyisihkan banyak uang belanja untuk membeli cabai. “Kalau lama-lama yang sesak juga ke dompet,” pungkasnya. (rga)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: