Pajak Baru

Pajak Baru

Hasil jajak pendapat terbaru mengatakan dukungan untuk Biden memang tinggi. Mencapai 70 persen. Itu tinggi sekali. Terutama untuk langkahnya mengatasi Covid-19.

Saat dilantik Biden punya target: di 100 hari pertamanya sebagai presiden 100 juta orang Amerika divaksin. Target itu ternyata tercapai dalam 50 hari. Maka Biden menjanjikan target baru: 200 juta dalam 100 hari pertama di Gedung Putih.

Angka Covid di AS memang menurun drastis. Kemarin, misalnya, adalah yang terendah: hanya 34.000 sehari. Di zaman Trump dulu pernah 200.000/hari.

Dukungan terendah untuk Biden hanya di bidang imigrasi. Bulan ini angka manusia yang ingin masuk Amerika mencapai puncaknya. Mereka memenuhi perbatasan Amerika-Mexico: dari berbagai negara miskin di Amerika Tengah.

Mereka itu, kata pengkritik Biden, punya mimpi: Begitu Biden jadi presiden perbatasan akan dibuka. Para oposan menilai perbatasan sekarang ini dalam keadaan krisis.

Biden tidak setuju istilah krisis itu. Dari tahun ke tahun jumlah pengungsi di perbatasan selalu naik drastis di bulan Maret. Itulah, kata Biden, bulan terbaik untuk mencapai perbatasan. Tidak lagi dingin. Juga belum musim panas.

Di bidang pengendalian senjata api untuk perorangan, Biden juga kurang dapat dukungan. Sebenarnya titik kompromi hampir bertemu: semua orang tetap bebas memiliki senjata api, tapi saat membelinya harus menyertakan latar belakang hidupnya. Tinggal ada ganjalan sedikit di sini: apakah seorang ayah yang akan menjual senjata ke anak kandungnya tega mengecek latar belakang anaknya.

Dua minggu lalu memang ada dua kejadian besar di Amerika. Dua-duanya dilakukan oleh pemuda umur 21 tahun. Yang satu anak kulit putih. Satunya lagi anak keturunan Arab-Suriah.

Yang kulit putih melakukan penembakan di tiga panti pijat di dekat Atlanta. Delapan orang meninggal.

Yang keturunan Arab melakukan penembakan di supermarket di kota Boulder Colorado. Yang meninggal 10 orang –salah satunya polisi.

Yang kulit putih mengaku punya problem kecanduan seks. Yang keturunan Arab mengaku sering jadi korban bully saat di SMA. Ia lahir di Suriah. Umur 5 tahun dibawa mengungsi ke Amerika.

Dua pemuda 21 tahun itu sama-sama membeli senjata di toko dekat rumah mereka. Waktunya pun sama: 2-3 hari sebelum melakukan penembakan membabi buta.

Dua-duanya tidak ada hubungannya dengan rasisme. Atau agama. Atau ideologi. Karena itu hebohnya tidak lama.

Apalagi Biden tidak mau terpancing. Ia tetap tidak mau keluar jalur. Kenaikan pajak akan jadi perjuangan jangka pendeknya di parlemen. Ia sama dengan Trump: prihatin akan ketertinggalan Amerika di sektor infrastruktur. Yang dalam kata-kata Trump, infrastruktur Amerika itu seperti negara dunia ketiga.

Amerika belum bisa membuktikan secara nyata teori mana yang terbukti terbaik. Pergantian pemerintahan lewat Pemilu selalu membuat program tidak berjalan tuntas. (dahlan iskan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: