Jamur Waton, Pasar Ikan Selo Pengantin

Jamur Waton, Pasar Ikan Selo Pengantin

Pasar ikan identik dengan amis, lingkungan yang becek dan tidak nyaman untuk berlama-lama. Itu tidak ditemui di Pasar Ikan Selo Pengantin, Desa Bandengan, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon. Suasananya berbeda.

YUDA SANJAYA, Cirebon

JEMBATAN Bandengan menjadi penanda akses masuk menuju Pasar Ikan Selo Pengantin. Kemudian menyusuri jalan desa yang mengarah langsung ke muara. Di situlah pasar ikan pertama Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon berada.

Lokasinya hanya selemparan baru dari akses utama Jalan Raya Pantura Cirebon-Tegal. Sangat strategis. Persis di antara kampung nelayan Desa Citemu dan Bandengan. Ini adalah pasar ikan pertama di daerah itu. Sekaligus yang perdana mengusung jargon segar, bersih dan sehat.

Imej pasar ikan yang amis dan becek dicoba untuk dihilangkan. Ikan yang dijual dalam kondisi segar. Ada yang baru ditangkap nelayan dan dijual sepulang melaut. Ada juga yang dibeli dari bakul, kemudian dijual.

Bangunannya juga representatif. Memanfaatkan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Bandengan yang berdiri di atas lahan milik Desa Citemu. Fasilitas yang dibangun Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) ini memang sudah lama vakum. Kemudian dicoba untuk dimanfaatkan Forum Aspirasi Nelayan (FAN) Kecamatan Mundu.

Dr Dedi Supriadi APi MM, Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung mengungkapkan, keberadaan pasar ikan adalah sebuah terobosan. Dan bisa menjadi percontohan untuk pemberdayaan ekonomi keluarga nelayan.

Dijelaskan dia, pasca UU 23 tahun 2014 mengenai pemerintah daerah, terkait masalah nelayan ada tiga kewenangan yang diberikan. Yakni, pemberdayaan ekonomi nelayan kecil, pemberdayaan nelayan budidaya dan pelelangan ikan.

Untuk pelelangan ikan memang sudah menjadi kewenangan pemerintah provinsi. Karenanya, pemberdayaan ekonomi nelayan kecil dan nelayan budidaya adalah hal strategis untuk diambil peranannya.

“Istilah bahasa Cirebonnya itu jamur waton. Nelayan itu harus punya pemasukan lain, tidak bisa dari laut saja,” kata Dedi, kepada Radar Cirebon.

Menurut dia, pasar ikan bisa menjadi sumber pemasukan baru bagi keluarga nelayan. Selain dari melaut, mereka jual bisa menjual ikan melalui para istri. Tidak hanya itu, pasar ikan juga akan menghadirkan rantai distribusi yang lebih pendek.

“Ikan bisa lebih segar karena dari hasil tangkapan baru, langsung masuk pasar dijual. Ini rantai distribusinya pendek sekali. Ikan lebih segar, lebih bagus mutunya,” ucap dia.

Tidak hanya itu, harga juga akan bersaing. Mengingat langsung didapat dari sumbernya. Inilah yang akan menjadi geliat baru ekonomi di kawasan pesisir. “Saya senang sekali mendengar ada pasar ikan. Ini kalau berjalan harusnya bisa menjadi percontohan untuk di kawasan pesisir Cirebon,” tuturnya.

Disampaikan Dedi, Kabupaten Cirebon memiliki garis pantai hingga 40 kilometer. Tentunya memiliki potensi perikanan yang sangat baik. Ke depan perlu terus dikembangkan, termasuk dari sisi perahu nelayan. Mengingat sekarang kebanyakan nelayan beroperasi di jalur 1A, dan 1B mengingat perahu mereka rata-rata di bawah 5 Gross Ton (GT).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: