Ketahanan Oksigen Kapal Selam KRI Nanggala-402 Hanya 72 Jam

Ketahanan Oksigen Kapal Selam KRI Nanggala-402 Hanya 72 Jam

JAKARTA – Kapal Selam KRI Nanggala-402 masih belum ditemukan setelah hilang kontak, Rabu (21/4). Sejauh ini TNI berupaya maksimal mengerahkan pasukan untuk melacak kapal buatan Jerman tersebut.

Sementara itu, Ketahanan oksigen pada Kapal Selam KRI Nanggala-402 diperkirakan hanya bertahan 72 jam. Hal ini jika kondisi kapal dalam kondisi blackout.

“Jadi, kalau kemarin saat hilang kontak pukul 03.00 Wita, sampai Sabtu pukul 03.00 Wita. Mudah-mudahan ini segera ditemukan sehingga cadangan oksigen masih ada,” kata Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono saat konferensi pers di Base Ops Lanud Ngurah Rai, Bali, Kamis (22/4).

Dikatakannya, KRI Nanggala ini dalam keadaan siap, baik personel maupun material. Ditegaskannya, personel lengkap serta material sudah ada dan sudah mendapat surat kelaikan.

“Kapal KRI Nanggala ini dibuat tahun 1977 dan diterima angkatan laut delivery tahun 1981 buatan HDW Jerman,” katanya.

Diutarakannya, riwayat kapal ini sudah menembak torpedo latihan sebanyak 15 kali dan menembak torpedo perang dua kali dengan sasaran kapal eks KRI, keduanya tenggelam.

“Jadi, KRI Nanggala ini dalam kondisi siap tempur sehingga kami libatkan untuk latihan penembakan torpedo latihan maupun perang,” jelasnya.

Dikatakannya, KRI Nanggala-402 masih mengantongi sertifikat kelayakan hingga 25 Maret 2022. Untuk itu masih layak untuk melaksanakan kegiatan operasi.

Terkait dengan indikasi pergerakan bawah laut yang ditemukan pada hari Rabu (21/4), dikatakannya adalah rumpon bawah laut. Keberadaan rumpon tanah laut ini kemagnetannya sangat lemah.

“Saat ke sana, ada dari magnetometer KRI Rimau itu ditemukan kemagnetan yang tinggi di dalam suatu titik yang kedalamannya kurang lebih 50—100 m melayang. Mudah-mudahan nanti sore kami bisa aksi menggunakan mutlybeam echosounder yang sekarang kami pasang di KRI Rimau Portable,” katanya.

Ia juga berharap pada hari Kamis KRI Rigel juga bisa datang bersamaan dengan aksi menggunakan mutlybeam echosounder yang sekarang terpasang di KRI Rimau Portable.

“Nah, ini nanti bisa diaksi lebih perinci lagi sehingga kelihatan di situ ditemukan kemagnetannya tinggi. Harapannya kemagnetan tersebut adalah KRI Nanggala,” katanya. (gw/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: