Survei IPRC: Publik Puas dengan Kinerja Radwan Kamil Tangani Pandemi Covid-19

Survei IPRC: Publik Puas dengan Kinerja Radwan Kamil Tangani Pandemi Covid-19

Guru Besar Unpar itu menjelaskan, ada beberapa hal yang menjadikan Jabar menjadi percontohan. Pertama, Kang Emil melibatkan para ahli di perguruan tinggi (PT). Kedua, komunikasi yang bagus dan ketiga banyak dukungan dari masyarakat.

’’Mengapa Jabar menjadi referensi? Pertama karena Jabar mempunyai perguruan tinggi yang banyak. Ada ITB, bahkan UI di Depok, ada Unpad. Jadi mereka mengatakan Jabar punya banyak ahli, sehingga setiap kebijakan diserahkan kepada ahlinya,’’ terang dia.

Menurut Asep Warlan, Kang Emil tidak sungkan dan segan mengundang para ahli di perguruan tinggi itu untuk diminta pendapat sebagai rujukan. Termasuk dalam dunia kesehatan, aspek ekonomi, sosial budaya dan lainnya banyak dihadirkan. Kemudian, hasilnya tidak jarang dijadikan keputusan gubernur.

’’Nah daerah lain justru banyak meniru ke Jabar. Di situlah yang sering kali poinnya naik. Makanya publik tahu itu banyak ditiru daerah lain karena menjadi baik,’’ paparnya.

Kelebihan Ridwan Kamil lain, kata dia, bagus dalam komunikasi. Terlebih kepada rekan di kementerian. Sebab, tidak sedikit personel di kementerian berasal dari Jabar.

’’Bantuan atuh euy (tolong dibantu dong). Nah kalimat-kalimat itu yang menjadikan Ridwan Kamil banyak dukungan dari pusat,” lanjutnya.

Nilai tambah dari sosok Kang Emil juga karena mempunyai dukungan dari masyarakat Jabar. Maka tidak heran, setiap kebijakan dipatuhi.

’’Meskipun mobilitas Jabar sangat tinggi, tapi karena masyarakat terlalu nurut jadi tidak masalah dengan kebijakan Pemprov Jabar itu,’’ katanya.

Berbeda dengan Pemprov Jatim dan Jateng, kata dia, pasti setiap kebijakan terdapat gejolak dari masyarakat. Terlebih di DKI Jakarta.

’’DKI itu sulit sekali. Walaupun bagus programnya tapi masyarakatnya tidak begitu komitmen dengan DKI. Sehingga program tersebut kelihatan tidak bagus,’’ paparnya.

Sementara itu, Gubernur Jabar Ridwan Kamil bersama jajaran forkopimda tampak sangat kompak dalam menangani persoalan Covid-19. Mulai dari gencar menyosialisasikan protokol kesehatan, gencar program vaksinasi hingga yang terbaru larangan mudik demi memutus mata rantai penyebaran wabah virus.

Kang Emil sapaan akrabnya ini menyampaikan, memasuki PPKM Mikro tahap ketujuh 4-17 Mei 2021, Jabar memiliki dua zona merah, yaitu Kabupaten Bandung Barat (KBB) dan Kota Tasikmalaya.

Kendati begitu, dirinya meminta kepala daerah bersama forkopimda dua daerah tersebut bekerja keras dalam satu minggu ini untuk menurunkan kasus Covid-19.

Meski zona merah muncul kembali, namun tingkat keterisian rumah sakit (BOR) per minggu ini 36,32 persen. Ini menjadi sejarah karena pada 2020 rata – rata BOR di angka 50-60 persen.

’’Kasus membuktikan tiap libur panjang rumah sakit lompat ke 80 persen. Sekarang keterisiannya hanya 30 persen, itu menandakan tren turun ini harus kita jaga dengan baik. Kami juga sama agar tahun depan bisa mudik,’’ ungkap diua. (win/drx/bbs)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: