Abbey Senang Ike Sedih
Orang Asia kelihatannya lebih taat bermasker di sana. Supermarket Asia adalah supermarket yang menjual bahan-bahan makanan asal Asia –mayoritas dari Tiongkok, Vietnam, Korea, dan Thailand.
Minggu lalu 200-an orang asal Indonesia melaksanakan upacara di sana. Di ruang terbuka. Mereka mengibarkan bendera merah putih setinggi 200 meter. Untuk Hari Kebangkitan Nasional. “Semua memakai masker,\" ujar Butce, Tionghoa asli Biak, Papua itu.
“Saya takut. Ngeri,” ujar Lian Gouw, 85 tahun, asal Bandung. Dengan dibebaskannya California semua orang akan datang ke sini. Termasuk dari luar negeri. Itu bahaya bagi Lian yang sudah 50 tahun di Amerika. Lian memang belum vaksinasi, karena tidak boleh. Ia mempunyai masalah autoimun. “Jadi saya harus tetap hati-hati,\" ujar Lian.
Dia kini sibuk memimpin penerjemahan karya-karya sastra penulis Indonesia ke dalam bahasa Inggris. Lian mendirikan perusahaan penerbitan di San Francisco, Dalang Publishing, agar buku-buku karya orang Indonesia bisa beredar di Amerika. “Kapan ya Covid hilang dari Indonesia? Saya sudah kangen pulang ke Indonesia,” katanya.
Dulu Lian sangat benci Indonesia. Kini jatuh cinta lagi pada Indonesia (Disway 10 Juni 2021). Saya tidak bisa menjawab pertanyaan Lian itu. Saya justru sangat sedih. Di saat California merdeka itu kita kehilangan Dr dr Ike Sri Redjeki. Dialah anggota tim inti penemuan ventilator pertama made in Indonesia: Vent-I. Yang dilahirkan di Masjid Salman ITB, Bandung.
Memang ada Dr Ir Syarif Hidayat sebagai inisiator, tapi ia seorang teknologi ITB. Dr Ike-lah yang membuat ciptaan itu cocok digunakan sebagai alat kesehatan. Terutama sebagai penambah oksigen bagi pasien Covid agar tidak perlu masuk ICU. Kabar duka juga datang dari Jakarta. Ketua Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane meninggal di hari kemerdekaan kemarin.
Saya menghubungi putra bungsu dr Ike yang juga sama dengan ibunya: dokter ahli anestesi, dr Radian Ahmad Halim. Pun almamaternya sama dengan sang ibu: Universitas Padjadjaran, Bandung.
“Sebenarnya ibu saya sehat sekali. Tidak ada diabet. Tidak ada darah tinggi,\" ujar dr Radian. “Beliau memang sudah senior, 71 tahun,” tambahnya. Kalau pun pernah sakit itu tahun 2016. Yakni sakit myelofibrosis. Sakit terkait tulang sumsum yang tergolong langka.
Suami dokter Ike, juga seorang dokter, meninggal satu tahun lalu, karena stroke. Radian anak ketiga. Dua kakaknya berkarir di dunia perfilman. Dokter Ike sekitar 10 hari dirawat di rumah sakit. Ketika masuk ICU dr Ike memanggil Radian. Ingin bicara.
Radian pun merasa sang ibu sudah siap-siap untuk meninggal. Sang ibu menceritakan bahwa semua utang dan kewajiban sudah dia selesaikan. Yang belum tinggal penutupan kartu kredit. “Ibu sebenarnya ingin selesaikan juga, tapi administrasi kartu kredit agak panjang,” ujar Radian.
Sang ibu juga sudah mencari-cari makam untuk dirinyi. Tapi belum sampai mendapatkan sudah masuk ICU. Akhirnya Radian memutuskan sang ibu dimakamkan di pemakaman Al Azhar, Karawang. Al Azhar memang menerima jenazah Covid sekaligus mengizinkan suatu saat boleh dipindah ke makam lain.
“Kami merencanakan suatu saat nanti memindah makam ibu ke Sirnaraga,” ujar Radian. “Agar kumpul dengan makam ayah, kakek, dan nenek,” tambahnya. Sirnaraga terletak tidak jauh di belakang kampus Unpad.
Dokter Ike ternyata terjangkit Covid dari asisten rumah tangga. Waktu itu sang asisten pulang kampung. Ketika tiba kembali dilakukan tes: negatif. Beberapa hari kemudian batuk-batuk. Dites lagi: positif.
Seisi rumah langsung dites. Radian sendiri –yang sejak ayahnya meninggal serumah dengan sang ibu– juga terjangkit. Begitu juga anak Radian. Dan sang ibu. Hanya istri Radian yang negatif. Radian lebih dulu sembuh. Lalu bisa merawat sang ibu di hari-hari akhirnyi. Sedih: dokter Ike maupun dr Radian sama-sama sudah divaksin. Sudah dua kali. (dahlan iskan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: