VAR dan Aturan Handsball Versi Terbaru

VAR dan Aturan Handsball Versi Terbaru

Oleh: Kurniadi Pramono

VAR (Video Assistant Referee) adalah perangkat pertandingan sepak bola yang berbau teknologi canggih. Suatu sistem transmisi visual melalui gambar digital yang bertujuan membantu wasit sepak bola dalam mengambil keputusan yang tepat dan adil.

Filosofi munculnya VAR bukan rekayasa dari badan pembuatan aturan permainan sepak bola IFAB (International Football Association Board). Melainkan VAR tergagas dari suatu kebutuhan mendasar dari semangat sportivitas.

Banyak keputusan wasit, baik sengaja ataupun tidak, bertentangan dengan rasa keadilan dan malah seperti melawan kodrat sportivitas.

Ironisnya, di tengah kecaman dan cemoohan publik yang menganggap VAR membunuh roh manusiawi yang alamiah dalam permainan sepak bola, justru jumlah pendapat yang sama banyak mengatakan, VAR lahir sangat terlambat sekian puluh tahun.

Ada benarnya. Penggunaaan resmi VAR dimulai di Piala Dunia Rusia 2018. Namun selayaknya 52 tahun sebelumnya, VAR membatalkan gol ketiga Inggris yang diciptakan Geoff Hurst saat mengalahkan Jerman (Barat) 4-2 di final Piala Dunia England 1966.

Rekaman video “gol” tersebut, dalam tayang lambat selalu diputar-putar ulang di museum sepak bola nasional Jerman di Kota Dortmund. Seolah Jerman ingin mengatakan bahwa juara Piala Jules Rimet 1966 adalah mereka, bukan Inggris!

Lucunya, soal “utang” gol Jerman ini, dibayar lunas kala Piala Dunia Afrika 2010. Gol geledek jarak jauh Frank Lampard yang membentur mistar Neuer dan bola memantul ke belakang garis, seharusnya gol, tapi dibiarkan oleh wasit.

Di perhelatan Euro 2020 sekarang ini, di mana VAR juga diterapkan kali pertama, masih juga mengundang decak kekesalan. Masalahnya bukan soal keabsahan keputusan wasit, tapi soal etika dasar.

Dulu, FIFA (dan UEFA) setelah mendapat restu IFAB, dengan manis menjelaskan bahwa VAR hanya sekadar alat bantu saja. Keputusan mutlak tetap di peluit wasit.

Mekanismenya, wasit yang memeroleh indikasi adanya kejanggalan atau keraguan sebelum mengambil keputusan, akan membuat tanda kotak dengan kedua tangannya. Kemudian ia berlari ke kotak televisi di samping lapangan.

Wasit sendiri! tak diperkenankan ada intervensi atau gangguan dari siapapun. Melihat tayangan dari beberapa sudut kamera, kemudian ia yakin pada putusannya, berlari lagi balik ke lapangan sambil membuat tanda kotak dengan kedua tangannya. Dan lahirlah keputusan mutlak.

Sekarang lain cerita. Coba saja perhatikan di beberapa kali keputusan wasit dalam 36 pertandingan penyisihan Euro 2020.

Tim VAR terdiri dari 5 “pengadil” di ruang khusus. Merekalah yang memperhatikan, menguji dan memutuskan. Kemudian mengirim gelombang transmisi ke jam tangan canggih wasit di lapangan, atau dalam percakapan melalui earphone.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: