Hubungan Antara Nyeri Lambung dan Gangguan Cemas
GANGGUAN cemas merupakan gangguan yang sering dijumpai pada klinik jiwa. Kondisi ini terjadi akibat interaksi faktor biopsikososial termasuk kerentanan genetik yang berinteraksi dengan kondisi tertentu, stres dan trauma yang menimbulkan gejala klinis yang bermakna.
Angka kejadian gangguan cemas sebesar 3-8% dan rasio antara perempuan dan laki-laki sekitar 2:1.
Gangguan cemas merupakan kondisi yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan dan tidak rasional bahkan tidak realistik terhadap berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari.
Kondisi ini dialami hampir sepanjang hari, berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 bulan. Kecemasan yang dirasakan sulit untuk dikendalikan dan berhubungan dengan gejala-gejala somatik.
Seperti ketegangan otot, merasa mudah lelah, sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong, kesulitan tidur, lebih sensitif dan lekas tersinggung sehingga menyebabkan penderitaan yang jelas dan gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan.
Penyebab gangguan cemas menurut teori psikoanalitik menghipotesiskan bahwa cemas adalah gejala dari konflik bawah sadar yang tidak terselesaikan, dan merupakan ketakutan seseorang untuk mengecewakan nilai dan pandangannya sendiri.
Penderita cemas berespon secara salah dan tidak tepat terhadap ancaman, disebabkan oleh perhatian yang selektif terhadap hal-hal negatif pada lingkungan, adanya distorsi pada pemrosesan informasi dan pandangan yang sangat negatif terhadap kemampuan diri untuk menghadapi ancaman.
Gejala yang ada pada pasien cemas juga ada yang namanya gejala psikosomatik. Jadi psikosomatik itu suatu gejala, bukan diagnostik namun karena dahulu dianggap sebagai suatu diagnostik sehingga sekarang masih banyak yang menganggap sebagai suatu diagnostik.
Jadi pasien itu bisa bergejala psikosomatik tapi diagnosisnya bisa cemas bisa depresi. Salah satu gejala psikosomatik yang sering ditemui pada pasien cemas adalah keluhan di daerah lambung. Gejala seperti kembung, sendawa, sesak di dada karena naiknya asam lambung merupakan gejala yang dominan.
Menariknya gejala nyeri sudah jarang dikeluhkan, malah gejala kembung, sendawa, perasaan seperti beugah atau ingin muntah. Psikosomatik bisa terjadi pada banyak kasus, terdapat 46 gejala kaitannya dengan gejala psikosomatik yang bisa dialami oleh pasien gejala cemas dan depresi tetapi 2/3 kasus kebanyakan bergejala lambung. Kondisi tersebut banyak dikaitkan dengan dispepsia fungsional, namun ketika dilakukan pemeriksaan endoskopi atau USG abdomen ternyata normal, tidak ditemukan masalah yang signifikan.
Banyak kasus dispepsia fungsional, mungkin sekitar 50% dikaitkan dengan masalah kecemasan, bukan hanya karena pola makan yang salah, tetapi karena faktor psikologis. Ketika cemas dominan, menimbulkan respon yang berkaitan dengan sambungan yang kita sebut brain gut exist menjadi terganggu.
Bila dilihat secara anatomi, sejak masa embrio otak dan lambung merupakan satu garis lurus dimana tulang belakang atau cord, yang satu berkembang menjadi otak yang satu menjadi lambung. Jadi sistem saraf cord selaras, sehingga tidak heran bila seseorang mengalami gejala cemas bisa mengalami gejala lambung, bila seseorang mengalami gejala lambung bisa mengalami gejala cemas.
Serotonin sebagai salah satu neurot ransmitter atau zat kimiawi di otak banyak berhubungan dengan kondisi lambung dikaitkan dengan sistem saraf pusat di otak. Menariknya, hampir lebih dari 80% serotonin dihasilkan di lambung, bukan di otak. Padahal serotonin sangat memengaruhi perasaan dan suasana cemas kita. Dari penjelasan tadi tidak heran masalah kejiwaan dikaitkan dengan kondisi lambung, begitu juga sebaliknya. Otak, lambung, cemas psikosomatik adalah kondisi yang sangat jamak atau sering kita temukan di praktik sehari-hari. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: