Abu Jenazah untuk Pupuk, Sebagian Besar Adalah Jenazah yang Terinfeksi Covid-19

Abu Jenazah untuk Pupuk, Sebagian Besar Adalah Jenazah yang Terinfeksi Covid-19

INDIA- terpaksa menggunakan sisa-sisa abu jenazah Covid-19 yang dikremasi sebagai pupuk untuk tanaman. Itu setelah krematorium penuh lantaran melonjaknya kasus Covid-19 dan kematian di India. Sisa abu jenazah digunakan sebagai pupuk di taman.

Salah satunya di Krematorium Bhadbhada. Ketua Menteri Shivraj Singh Chouhan menanam bibit tanaman di Ram Van yang sedang dikembangkan di Krematorium Bhadbhada. Pupuk yang digunakan merupakan sisa abu jenazah pasien Covid-19.

Krematorium Bhadbhada telah melakukan sejumlah kremasi dalam beberapa bulan terakhir dan meninggalkan sekitar 4-5 truk abu jenazah yang tersisa. Karena abu sebagian besar adalah jenazah yang terinfeksi Covid-19 maka tidak mungkin untuk dibuang di tempat lain.

“Ada ketakutan di antara orang-orang dengan abu ini. Sehingga mengangkut abu jenazah ke tempat lain bisa menjadi masalah. Kami bahkan tidak ingin meletakkannya di sembarang tempat atau membuangnya ke dalam air,” kata Sekretaris Manajemen Bhadbhada, Mamtesh Sharma.

Menurutnya setiap jenazah yang dikremasi menyisakan sekitar 50 kg abu. Anggota keluarga membawa pulang beberapa jenazah untuk keperluan upacara.

“Pembuangan sisa abu adalah tanggung jawab krematorium yang merupakan tugas rumit. Karena abu tubuh manusia yang dikremasi adalah pupuk yang sangat baik, abu ini dapat digunakan untuk perkebunan,” kata Sharma.

Dia mengatakan abu itu digunakan di lahan seluas 12.000 hektare. “Kami menyebarkan abu di area yang ditentukan. Setelah itu kami meletakkan lapisan tanah di atasnya. Ini adalah waktu terbaik untuk melakukannya setelah 1-2 kali hujan, tanahnya ideal untuk perkebunan,” jelasnya.

Tanaman dari 70 spesies yang ditemukan di Madhya Pradesh akan ditanam di Ram Van melalui teknik Jepang yang disebut Miyawaki. Perkebunan menjadi sekitar 30 kali lebih padat, tumbuh 10 kali lebih cepat dan bebas perawatan setelah rentang waktu 3 tahun.

Dengan metode penanaman ini, hutan kota dapat tumbuh dalam rentang waktu 20-30 tahun sedangkan hutan konvensional membutuhkan waktu untuk tumbuh secara alami. Pada kesempatan itu, istri Menteri Utama Chouhan, Sadhana Singh juga menanam bibit. Pengelola krematorium bahkan sudah mulai menghubungi pihak keluarga yang mau menanam bibit. (jp)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: