Jurnalis Ditembak, Ratu dan Raja Mengutuk Para Pelaku

Jurnalis Ditembak, Ratu dan Raja Mengutuk Para Pelaku

BELANDA - Peter R de Vries tengah berjuang antara hidup dan mati. Kondisinya kritis setelah ditembak lima kali pada Selasa (6/7). Jurnalis investigasi kriminal asal Belanda itu menjadi target pembunuhan. Polisi berhasil menangkap tiga tersangka. Satu orang dibebaskan karena terbukti tidak bersalah.

BBC mengungkapkan, insiden tersebut terjadi pada pukul 19.30 waktu setempat. Dia baru keluar dari studio TV tempatnya bekerja di Lange Leidsedwarsstraat, Amsterdam, Belanda. Saat itulah jurnalis 64 tahun tersebut ditembak dari jarak dekat. Salah satu tembakan menembus kepalanya.

“Itu adalah serangan yang kejam dan tidak berperasaan,” ujar Wali Kota Amsterdam Femke Halsema, Rabu (7/7).

Dia menyebut De Vries sebagai sosok pahlawan nasional sekaligus jurnalis pemberani yang tanpa lelah mencari keadilan. Presiden Dewan Eropa Charles Michel juga menyebut serangan tersebut sebagai kejahatan terhadap jurnalisme.

Hanya beberapa jam setelah kejadian, polisi berhasil meringkus pelaku. Yaitu, seorang pria 35 tahun berkebangsaan Polandia yang tinggal di Maurik dan pria 21 tahun yang tinggal di Rotterdam. Mereka ditangkap di Leidschendam. Polisi mendapatkan bantuan dari para saksi dan rekaman CCTV. Mereka meminta video serangan tidak diunggah ke media sosial, tetapi sebagian tidak menurut. YouTube telah menghapus ratusan video yang memuat serangan kepada De Vries.

De Vries memang dikenal dengan sepak terjangnya yang sering mengungkap kejahatan-kejahatan besar. Terutama terkait dengan mafia dan bandar narkoba. Dia membantu polisi memecahkan beberapa kasus penting. Namanya melambung setelah melaporkan penculikan miliarder Freddy Heineken pada 1980-an. Karena begitu terkenalnya dalam memecahkan dan melaporkan kasus, dia bahkan memiliki program televisi sendiri yang berjudul Peter R. de Vries: Crime Reporter.

Berurusan dengan kejahatan besar memang membuat nyawanya kerap terancam. Sebelumnya, dia pernah diberi perlindungan oleh polisi setelah mendapatkan ancaman gara-gara menginvestigasi kasus kriminal. Pada 2019, dia pernah mencuit bahwa dirinya menjadi target serangan gembong penjahat besar.

Sementara itu, Raja Belanda Willem-Alexander dan Ratu Maxima mengutuk keras aksi penembakan terhadap Peter. Raja dan Ratu menegaskan bahwa tugas jurnalistik sangatlah penting dan dilindungi undang-undang. Selain itu, Raja menegaskan bahwa aksi itu merupakan serangan tak bertanggung jawab terhadap jurnalisme pada umumnya.

“Para pekerja media seharusnya bisa secara bebas menjalankan tugas penting mereka tanpa adanya ancaman-ancaman dan bahkan penyerangan,” sebut Willem-Alexander. (jp)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: