WHO: Booster Belum Terbukti Aman

WHO: Booster Belum Terbukti Aman

ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan bahwa suntikan booster dosis ketiga Covid-19 bukan barang mewah. Melainkan, booster digunakan untuk menjaga yang paling rentan tetap aman. “Dosis ketiga vaksin bukanlah kemewahan, tapi diambil dari seseorang yang masih menunggu suntikan pertama,” kata Kepala WHO Eropa, Hans Kluge, dilansir dari The Star, Selasa (31/8/2021).

“Pada dasarnya, ini adalah cara untuk menjaga yang paling rentan tetap aman,” sambungnya. Kendati demikian, Kluge tetap mengingatkan, bagi yang mendapatkan vaksin booster tetap harus berhati-hati. Pasalnya, belum cukup bukti bahwa vaksin booster benar-benar aman dari covid-19.

“Tapi semakin banyak penelitian menunjukkan bahwa dosis ketiga membuat orang yang rentan tetap aman, dan ini dilakukan oleh semakin banyak negara di kawasan kami (Eropa),” terangnya.

Kluge mendesak negara-negara Eropa yang kelebihan vaksin untuk membaginya kepada negara lain. Terutama negara Eropa Timur dan Afrika. “Tingkat penularan covid-19 melonjak di seluruh Eropa dalam dua pekan terakhir. Mayoritas kasus karena varian Delta yang sangat menular,” pungkasnya.

Terpisah, kegiatan uji coba pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di sejumlah daerah akan dipastikan akan dievaluasi. Terutama terkait penerapan prokes dan fasilitas kesehatan.

Wakil Ketua Komisi IX DPR Charles Honoris memastikan pihaknya akan segera mengevaluasi pelaksanaan PTM terbatas di sejumlah wilayah PPKM Level 3, termasuk DKI Jakarta. Evaluasi dilakukan dari segi fasilitas kesehatan dan penerapan prokes. “Mungkin dibutuhkan beberapa hari ke depan baru kita bisa lihat lagi bagaimana penerapan prokesnya efektif atau tidak,\" kata Charles, Selasa (31/8).

Dijelaskan, untuk saat ini masih sulit mengevaluasi PTM. Sebab baru berjalan 2 hari dan pihaknya belum melihat signifikansi pelanggaran yang terjadi di sekolah. “Yang pasti, PTM harus diiringi dengan vaksinasi massal terhadap siswa dan guru agar kegiatan di dalam kelas bisa berjalan dengan lancar,” katanya.

Dia menilai DKI Jakarta untuk capaian vaksinasinya terutama murid dan guru sudah maksimal. “Saya rasa Jakarta, boleh dilakukan PTM. Tapi kalau kita berbicara wilayah lain misalkan provinsi Lampung, yang vaksin masih di bawah 30 persen. Wilayah seperti itu percepatan vaksinasi harus dilaksanakan,” katanya.

Humas Dinas Pendidikan DKI Jakarta Taga Radja Gah PTM terbatas dilaksanakan bergantian dengan pembelajaran jarak jauh (daring) dengan sistem pada Senin, Rabu, dan Jumat dilaksanakan pembelajaran di sekolah, sedangkan Selasa dan Kamis untuk dilaksanakan disinfeksi. “Maksimal kapasitasnya per kelas adalah 50 persen, kemudian durasi belajar maksimal sampai jam 12 siang,\" ucapnya.

Selain itu, dinas pendidikan juga mewajibkan agar siswa yang belajar di sekolah sudah divaksin Covid-19 dan persetujuan dari orang tua. “Jadi jika siswa sudah divaksin tapi orang tuanya ragu tidak masalah tetap mengedepankan keselamatan. Sebaliknya, siswa belum vaksin tapi orang tuanya mau, ya tidak bisa,\" katanya.

Terkait tingkat vaksinasi peserta didik DKI Jakarta, untuk usia 12-17 tahun sebanyak 716.739 peserta, sebanyak 92,5 persennya atau 659.684 siswa telah divaksin, sementara 50.836 atau 7,15 persen belum mendapatkan suntikan vaksin.

“Artinya usia sekolah kelas 5 dan 6 SD, lalu SMP, SMA, SMK,\" katanya. Sedangkan vaksinasi terhadap guru dan staf sekolah dianggap sudah tuntas. (gw/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: