Keputihan dalam Kehamilan: Normal atau Bahaya?
KEHAMILAN merupakan sesuatu pengalaman berkesan yang dakan ialami oleh suatu pasangan suami istri yang menantikan kehadiran sang buah hati. Namun pada beberapa kasus kehamilan, terkadang disertai dengan adanya keputihan yang terjadi selama periode 9 bulan kehamilan.
Apakah keputihan tersebut merupakan sesuatu hal yang normal atau sesuatu yang perlu mendapat perhatian khusus dalam kehamilan?
Sebelum masuk ke dalam pembahasan keputihan dalam kehamilan, ada baiknya kita mengerti dulu apa yang menjadi pengertian kejadian keputihan pada perempuan. Keputihan merupakan kondisi normal keluarnya cairan atau lendir yang berasal dari vagina.
Vagina seorang perempuan memiliki beberapa kelenjar di lapisan dindingnya yang mengeluarkan lendir dan cairan yang memiliki fungsi melumaskan dan menjaga pH (tingkat keasaman) vagina.
Selain lendir dan cairan vagina, tingkat keasaman vagina dijaga pula oleh bakteri “normal” atau bakteri “baik” yang ada di vagina, yaitu lactobacillus. Lactobacillus ini menjaga tingkat keasaman vagina di kisaran pH 3.5 – 4.5 (suasana asam) dan menghentikan pertumbuhan mikroorganisme yang berbahaya.
Apa yang terjadi apabila tingkat keasaman vagina berubah menjadi lebih tinggi (suasana basa)? Suasana basa ini merupakan suasana yang bisa menyebabkan matinya hampir semua mikroorganisme di dalam vagina, termasuk bakteri baik (bakteri normal) lactobacillus di vagina.
Hilangnya keberadaan lactobacillus dalam vagina akan menyebabkan pertumbuhan mikroorganisme lain yang berbahaya, yang sebelumnya dikontrol oleh lactobacillus, menjadi meningkat. Peningkatan mikroorganisme yang berbahaya ini yang bisa menyebabkan kejadian keputihan yang tidak normal (patologis).
Keputihan yang patologis ini yang biasanya dirasakan dan dikeluhkan oleh perempuan berupa keputihan yang berwarna, memiliki tekstur (kental, seperti gumpalan keju, dll), serta bau yang tidak normal (amis / fishy odor); bahkan terkadang disertai dengan keluarnya bercak flek darah yang berasal dari radang yang terjadi di mulut rahim (serviks) akibat keputihan patologis yang berkepanjangan.
Pertanyaan selanjutnya yang timbul adalah bagaimana keputihan patologis bisa terjadi? Keputihan patologis ini terjadi akibat terjadi perubahan pH (tingkat keasaman) di vagina, yang normalnya memiliki pH asam < 6 (3.5 – 4.5) menjadi pH yang basa > 7.
Beberapa hal yang bisa menyebabkan pH vagina menjadi basa; seperti perubahan hormon akibat kejadian normal yang terjadi pada tubuh perempuan (contoh: saat menjelang atau berakhirnya masa menstruasi/haid atau saat dalam kehamilan), penggunaan obat-obat hormonal jangka panjang, penggunaan obat penekan imunitas, dan penggunaan pembersih kewanitaan yang tidak memiliki kadar tingkat keasaman yang sesuai dengan tingkat keasaman di dalam vagina.
Seperti yang sudah dibahas di atas, suatu keadaan kehamilan akan menghasilkan suatu perubahan hormon dalam tubuh yang menyebabkan perubahan tingkat keasaman vagina secara normal, sehingga sangat lazim terjadi keputihan dalam suatu kehamilan.
Sejauh mana keputihan dalam kehamilan dikatakan tidak normal dan perlu ditatalaksana? Sama seperti halnya dengan keputihan yang terjadi di luar kehamilan, keputihan dikatakan patologis (tidak normal) saat keputihan yang terjadi memiliki perubahan warna, bau, serta teksturnya; dan terkadang menyebabkan gatal rasa terbakar pada organ kewanitaan dan sekitarnya atau adanya gangguan buang air kecil atau nyeri di panggul.
Penyebab keputihan yang patologis dapat diperkirakan mikroorganisme penyebabnya berdasarkan gejala yang ditimbulkan.
Gejala keputihan putih susu kental yang memiliki bau amis (fishy odor) merupakan salah satu ciri khas dari bakteri patologis di vagina. Sementara keputihan dengan tekstur seperti gumpalan keju yang memiliki gejala gatal dan rasa terbakar di vagina dan sekitarnya merupakan ciri khas dari infeksi jamur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: