Menkeu Sri Mulyani Sebut Ekonomi Indonesia Pulih, Anis: Perlu Dibuktikan Dulu

Menkeu Sri Mulyani Sebut Ekonomi Indonesia Pulih, Anis: Perlu Dibuktikan Dulu

MENTERI Keuangan Sri Mulyani pada Kongres ISEI XXI menyatakan, ekonomi Indonesia pulih ke level sebelum pandemi. Pada kuartal kedua tahun ini. Bahkan, lebih baik dibandingkan Malaysia dan Singapura. 

Klaim Sri Mulyani tersebut berdasarkan data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Anggota Komisi XI DPR RI Anis Byarwati menyebut perbandingan yang disebutkan tidak komprehensif.

Anis mengatakan, kualitas pertumbuhan ekonomi yang disampaikan Menkeu Sri Mulyani rendah kualitasnya. Berdasarkan data BPS RI, penduduk miskin secara ekstrim semakin bertambah. Ketimpangan kesejahteraan semakin lebar, dan indeks gini rasio melonjak.  

Kata Anis, pemerintah mengambarkan pertumbuhan ekonomi secara parsial. Padahal secara alamiah PDB per kuartal paling tinggi ada di kuartal III. 

Perlu dibuktikan dulu, apakah nanti kuartal ke III 2021 bisa tumbuh lebih tinggi dari kuartal II 2021 atau sebaliknya. Jadi, tidak bisa oversimplifikasi kita sudah pulih. 

“Sebagai catatan, Singapura itu sudah tumbuh positif 1,5 persen sejak kuartal I 2021, di saat yang sama Indonesia masih minus 0,7 persen,” kata Anis dikutip dari laman resmi DPR, Selasa (6/9).

Ia juga menjelaskan, Singapura, Malaysia, dengan Indonesia secara basis ekonominya berbeda. 

“Singapura basis ekonomi perdagangan internasional, sementara kita dominan didorong konsumsi rumah tangga. Mereka pun merespon cepat varian delta dengan pembatasan ketat, pun Malaysia lockdown dari awal, prioritas mereka kesehatan,” ujarnya.

Anis mengingatkan berdasarkan proyeksi terakhir IMF, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021 ini, bahkan di bawah rata-rata negara yang dikategorikan ASEAN-5 (4,9 persen) seperti Filipina (6,9 persen), Malaysia (6,5 persen), dan Vietnam (6,5 persen).  

Indonesia hanya berada diatas Thailand (2,6 persen), tetapi juga masih jauh berada di bawah rata-rata negara-negara berkembang di Asia. Yang diproyeksikan akan tumbuh masing-masing 8,6 persen dan 6,9 persen.

Ia juga menyayangkan, pemerintah sibuk pada data pertumbuhan ekonomi jangka pendek. Berdasarkan proyeksi IMF, ekonomi Indonesia selalu turun di bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia sekitar 6 persen pada 2021. 

“Sayangnya proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia justru turun terus menjadi 4.3 persen dari 4.8 persen proyeksi Januari dan turun lagi 3,9 persen proyeksi Juli,” katanya.

Anis menekankan kepada pemerintah untuk fokus kepada tantangan ekonomi jangka panjang yang tidak bisa hanya dengan membanggakan pertumbuhan ekonomi kuartal yang semu.  

“Tantangan ke depan lebih berat, adanya tapering off bank sentral AS, risiko imported inflation (inflasi karena harga barang impor naik), dan pemulihan ekonomi tidak merata di semua sektor,” tandasnya. (fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: