Waspadai GERD di Masa Pandemi

Waspadai GERD di Masa Pandemi

PERNAHKAH Anda mengalami perasaan mulut yang terasa asam, dan disertai rasa panas atau nyeri di tenggorokan? Mungkin anda mengalami gejala GERD. Apakah yang disebut GERD?

GERD(Gastroesophageal Reflux Disease) adalah kondisi di mana terjadi kelemahan pada sfingter/ katup yang terletak di kerongkongan bagian bawah yang menuju ke lambung. Dalam keadaan yang normal, katup tersebut akan membuka saat makanan atau minuman masuk ke dalam lambung, dan kembali menutup setelah makanan atau minuman masuk ke lambung supaya isi lambung tidak naik kembali ke kerongkongan. Yang terjadi pada penderita GERD adalah,  katup tidak dapat menutup kembali dengan sempurna karena berbagai faktor, sehingga menyebabkan isi lambung, yang terdiri dari makanan, minuman dan asam lambung naik ke atas ( refluks ).

GERD merupakan penyakit kronis yang sering ditemukan di masyarakat khususnya pada orang dewasa, dan dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang, karena gejala yang mengganggu aktifitas, mempengaruhi pola tidur dan konsumsi obat jangka panjang. Berdasarkan data 2016, ada 24,8 persen penduduk di Indonesia yang mengalami GERD.

Gejala umum yang sering terjadi pada penderita GERD adalah sensasi rasa panas di daerah ulu hati atau dada, atau biasa disebut Heartburn, yang kedua adalah rasa pahit atau asam di mulut. Kedua gejala tersebut terjadi karena asam lambung yang naik ke kerongkongan. Selain itu terdapat beberapa gejala yang dapat muncul, diantaranya nyeri tenggorokan berulang, radang tenggorokan, suara serak terutama di pagi hari, peradangan gusi dan erosi dari enamel gigi, bau mulut, ganggguan pernapasan seperti batuk kronis dan sesak, mual dan muntah.

Terkadang GERD sering disalah artikan dengan serangan jantung, karena gejala heartburn dan nyeri dada yang menyertainya, namun harus dilakukan evaluasi medis terlebih dahulu untuk menyingkirkan kemungkinan masalah di jantung

Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan GERD diantaranya adalah merokok. Perokok memiliki resiko tinggi mengalami GERD karena nikotin berkontribusi dalam terjadinya GERD  dengan merelaksasi katup esofagus bagian bawah. Stres juga diketahui sebagai resiko yang menyebabkan GERD dengan merangsang terbentuknya asam lambung, dan mempengaruhi kondisi katup kerongkongan sehingga menyebabkan refluks. Usia dan jenis kelamin juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya GERD, pasien yang berusia ≥40 tahun memiliki resiko lebih tinggi dan laki-laki lebih sering mengalami GERD dibandingkan dengan perempuan. Obesitas adalah salah satu faktor penting yang menyebabkan GERD, semakin tinggi Indeks Massa Tubuh (IMT) meningkatkan tekanan dalam abdomen

Di masa pandemi saat ini, di mana banyak faktor yang menyebabkan stres meningkat di masyarakat, kemudian ditambah berkurangnya aktifitas dikarenakan Work From Home, serta pola makan yang tidak sehat dengan kemudahan dalam pesan antar makanan, yang menyebabkan obesitas, dapat meningkatkan kejadian GERD.

Lalu bagaimana cara mengatasinya ? GERD dapat di atasi dengan mengkonsumsi obat-obatan yang bekerja untuk lambung, ada berbagai macam pilihan golongan obat, namun untuk menentukan obat yang tepat anda perlu berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.

Namun obat saja tidak cukup, anda harus melakukan perubahan gaya hidup agar gejala tersebut tidak kambuh, diantaranya:

  • Mengontrol stres
  • Melakukan aktifitas fisik / berolahraga setidaknya 30 menit sehari
  • Menurunkan berat badan, jika anda mengalami obesitas
  • Menjaga pola makan seimbang
  • Berhenti merokok
  • Menghindari makanan yang memicu peningkatan asam lambung seperti makanan asam, pedas,berlemak, susu,kopi, soda, alcohol
  • Tidak mengkonsumsi makan malam dalam porsi besar
  • Tidak berbaring atau tidur setidaknya 2 -3 jam setelah makan.
  • Mengatur posisi kepala saat tidur kurang lebih 20 cm.

GERD tidak menimbulkan kematian, namun penting untuk mengenali gejala GERD sejak dini dan melakukan penanganan lebih lanjut dengan berkonsultasi dengan dokter jika gejala GERD terjadi secara terus menerus dan tidak kunjung membaik. Serta bila terjadi gejala yang membahayakan seperti muntah yang terus menerus, muntah darah, BAB berwarna hitam, kesulitan menelan makan. (*)

dr Riva Anitatama   (RS Paru Sidawangi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: