Dosis Ketiga Menaikkan Imunitas 10 Kali Lipat
YERUSALEM - Kementerian Kesehatan Israel mengklaim bahwa vaksin ketiga Covid-19 meningkatkan perlindungan imunitas sepuluh kali lipat terhadap infeksi.
Kementerian itu mengatakan bahwa sebuah studi baru Israel, yang diterbitkan di New England Journal of Medicine, menguji efektivitas dosis ketiga di kalangan usia 60 tahun ke atas yang menerima vaksin ketiga pada Agustus. Perlindungan sepuluh kali lipat itu dibandingkan dengan mereka yang hanya menerima dua dosis pada setidaknya lima bulan lalu.
Studi dilakukan oleh tim peneliti multidisplin kementerian kesehatan yakni Weizmann Institute of Science, Hebrew University of Jerusalem, Technion, Pusat Medis Sheba dan Lembaga Peneliti KI, katanya. \"Data milik Israel mengindikasikan efikasi yang tinggi dari vaksin ketiga Pfizer dalam mencegah infeksi dan penyakit parah Covid-19,\" demikian kementerian.
Israel mulai memvaksin populasi mereka dengan vaksin ketiga pada 1 Agustus, saat varian Delta menyebar dan keampuhan dua dosis vaksin pertama memudar. Hingga kini hampir 3 juta orang Israel telah menerima vaksin ketiga.
Para peneliti menemukan bahwa 12 hari setelah menerima vaksin ketiga, tingkat infeksi lebih rendah sepuluh kali lipat lebih di kalangan penerima vaksin ketiga daripada mereka yang tidak menerima dosis penguat. Ini menandakan bahwa jika peluang orang yang menerima vaksin kedua terinfeksi varian Delta sekitar 50 persen dibanding mereka yang tidak divaksin, maka dosis penguat menurunkan risiko hingga 5 persen atau meningkatkan imun pertahanan menjadi 95 persen, demikian kesimpulan para peneliti.
Sementara itu, hasil survei menyebutkan sebanyak 11,2 persen anak-anak Israel yang telah sembuh dari Covid-19 mengalami gejala jangka panjang. Para peneliti memeriksa Post-Acute Sequelae of Covid-19 (PASC) atau \"long Covid\" di antara 13.834 pasien anak berusia 3-18 tahun yang telah sembuh dari infeksi virus corona.
Dari angka itu ditemukan bahwa 11,2 persen penyintas anak di Israel memiliki gejala jangka panjang. Mereka juga mencatat bahwa potensi untuk mengalami gejala jangka panjang Covid-19 tumbuh seiring bertambahnya usia anak.
Dengan demikian 1,8 persen dari anak berusia 3-6 tahun mengalami gejala jangka panjang enam bulan setelah sembuh, dibanding dengan 4,6 persen dari kelompok usia 12-18 tahun. Sebuah korelasi ditemukan antara gejala penyakit Covid-19 dan kemungkinan mengalami gejala jangka panjang. Di kalangan remaja berusia 12-18 tahun yang merupakan pasien bergejala, sebanyak 5,6 persennya mengalami long Covid-19, dibanding 3,5 persen dari mereka yang tidak bergejala ketika dinyatakan positif.
Berdasarkan laporan kementerian, gambaran serupa juga terlihat di kelompok usia lain. Lebih dari sepertiga anak-anak yang terlibat dalam survei mengalami eksaserbasi gejala neurologis, kognitif, atau mental, seperti gangguan tidur atau kesulitan berkonsentrasi, dibandingkan dengan periode sebelum terinfeksi. (ant/dil/jpnn)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: