Monorel Peti Kemas Pertama di Dunia Lahir di Surabaya
SURABAYA - Konsorsium BUMN kembali melahirkan inovasi baru dalam bidang transportasi darat. Kali ini empat BUMN berkolaborasi untuk mengembangkan monorel pengangkut peti kemas atau automated container transporter (ACT). ACT diuji coba kali pertama di hadapan Menteri BUMN Dahlan Iskan kemarin (28/9) di depan kantor PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III. Saat meninjau, Dahlan mengatakan, monorel peti kemas tersebut dapat menjadi solusi atas persoalan kepadatan di jalan darat. ”Kalau kontainer bisa dikirim dengan monorel, kepadatan sekaligus kehancuran jalan raya bisa dihindari,” kata Dahlan setelah mengikuti senam sehat di lapangan Prapat Kurung dan dilanjutkan demo monorel peti kemas kemarin (28/9). Dalam demo yang berlangsung singkat tersebut, satu kereta api mengangkut satu kontainer. Lantaran laju kereta yang didemokan lamban, Dahlan lantas menceletuk. ”Tentu (setelah dioperasikan) kecepatannya tidak begini kan?” tanya dia yang disambut tawa para pejabat BUMN yang ikut menyaksikan. Realitanya, dalam pengoperasian, satu kereta api bisa mengangkut tiga rangkaian kontainer sekaligus dengan kecepatan 40 km per jam. ”Jadi, tiap lima menit sekali lewat dan memanfaatkan double track (rel ganda),” lanjut Dahlan. Monorel pengangkut peti kemas merupakan peralatan penunjang yang menghubungkan Pelabuhan Tanjung Perak dan Terminal Multipurpose Teluk Lamong dengan panjang lintasan 11,445 km. Diperkirakan, proyek tersebut membutuhkan investasi sedikitnya Rp2,5 triliun. Dalam rencana proyek itu, PT Pelindo III dan PT Adhi Karya menjadi pemilik proyek. Sementara itu, pelaksana proyek adalah PT Adhi Karya, PT Industri Kereta Api (Inka) Indonesia, dan PT LEN Industri. Pembangunan diestimasikan memerlukan waktu dua tahun. ”Nah, kalau nanti bisa diwujudkan, ini bakal menjadi ide yang luar biasa dan pertama di dunia. Serta, untuk kali pertama pelabuhan pakai ini. Makanya, saya berterima kasih kepada Pelindo III atas terobosan ini, juga kepada Adhi Karya, Inka, dan LEN Industri. Tidak lupa kepada BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) karena ahli-ahli di BPPT dapat mengaplikasikan untuk kepentingan masyarakat secara nyata dan tidak sekadar di dalam dokumen,” tutur Dahlan. Selain itu, Dahlan menyambut baik rencana konsorsium mengurus hak paten monorel pengangkutan peti kemas tersebut. Menurut dia, proyek itu merupakan hasil kerja keras para BUMN sehingga layak bila dipatenkan. ”Saat ini hak paten atas monorel itu masih diurus. Apalagi, monorel peti kemas adalah inisiatif dan pemikiran dari teman-teman BUMN. Karena itu, saya minta itu diurus dengan serius,” tandas Dahlan. Ke depan, lanjut Dahlan, monorel peti kemas memungkinkan dikembangkan ke pelabuhan lain. Terutama pelabuhan dengan tingkat kepadatan cukup tinggi seperti di Tanjung Priok. Tujuan utama monorel peti kemas, yakni mengurangi kepadatan di jalan raya, dinilai sesuai dengan karakteristik pelabuhan terbesar di Indonesia itu. ”Nanti menyusul di pelabuhan lainnya, utamanya Tanjung Priok. Sebab, monorel peti kemas itu juga untuk efisiensi,” tambahnya. Kunjungan Dahlan dilanjutkan ke proyek Terminal Multipurpose Teluk Lamong dengan mengendarai kapal laut. Di situ Dahlan jalan kaki mengelilingi proyek yang pengerjaannya sudah mencapai 61,5 persen. Mulai pengerjaan dermaga internasional, dermaga domestik, lapangan penumpukan, hingga perkantoran. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan penanaman pohon di pintu masuk terminal di kawasan Osowilangon. Selain Dahlan, para direksi dari BUMN terkait ikut menanam pohon. ”Apakah direksi dan komisaris sudah di tempat masing-masing? Saya hitung mundur ya, lima, empat, tiga, dua, satu,” kata Dahlan diikuti dengan penanaman pohon secara serentak. Setelah menanam, Dahlan berseru kepada para petugas setempat. ”Saya minta tanaman ini disiram dengan baik, apalagi saat tidak ada hujan. Sekarang silakan semua melanjutkan kegiatan di sini karena saya harus segera ke Kalimantan Timur,” ucap Dahlan menyudahi agenda kunjungan pagi itu. Di bagian lain, Direktur Komersial dan Pengembangan Usaha Pelindo III Husein Latief mengatakan, hingga sekarang pengembangan Terminal Multipurpose Teluk Lamong masih berjalan sesuai dengan target. ”Semoga Mei sudah selesai dan bisa dioperasikan. Kami ingin Terminal Teluk Lamong dapat menekan waiting time (waktu tunggu) kapal. Pada 2014 dermaga internasional bisa menampung dua kapal sekaligus dan dermaga domestik dengan kapal lebih kecil bisa tiga kapal sekaligus. Sedangkan 2016 kapasitas dermaga internasional bisa empat kapal sekaligus dan domestik sekitar enam kapal,” urainya. (res/c10/kim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: