Rupiah Tertekan Data Inflasi Amerika Oktober 2021

Rupiah Tertekan Data Inflasi Amerika Oktober 2021

NILAI tukar rupiah terhadap dolar AS masih berpotensi melemah kembali hari ini, Jumat (12/11/2021). Rupiah diperkirakan masih tertekan oleh tingginya data inflasi Amerika Serikat ( AS) bulan Oktober tahun 2021.

Mengutip data Bloomberg, hari ini pukul 09.18 WIB, kurs rupiah tengah diperdagangkan pada level Rp14.258 per dolar AS. Posisi tersebut menunjukkan penguatan 19 poin atau 0,14 persen apabila dibandingkan dengan posisi penutupan pasar spot pada Kamis sore kemarin (11/11/2021) di level Rp14.277 per dolar AS.

Pengamat pasar keuangan, Ariston Tjendra mengatakan nilai tukar rupiah masih berpeluang tertekan terhadap dolar AS karena kenaikan inflasi di AS.

“Data kenaikan inflasi konsumen AS bulan Oktober yang tertinggi dalam 30 tahun terakhir memicu persepsi bank sentral AS bisa menaikan suku bunga acuannya lebih cepat,” kata Ariston dalam riset hariannya, Jumat pagi.

Imbal hasil  obligasi pemerintah AS juga menguat, terutama tenor 10 tahun yang mendekati 1,6 persen pada perdagangan kemarin. Dolar AS juga terlihat menguat terhadap nilai tukar lainnya pada perdagangan kemarin.

“Rupiah masih mungkin bergerak melemah ke kisaran Rp14.300 – Rp14.320 per dolar AS hari ini dengan potensi support di kisaran Rp14.230 per dolar AS,” pungkas Ariston.

Sebagai informasi saja, Amerika Serikat menghadapi lonjakan kenaikan harga barang dan jasa pada Oktober 2021. Inflasi Amerika bulan lalu mencapai 6,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, tertinggi dalam 30 tahun terakhir.

Indeks harga konsumen yang terdiri dari sekeranjang produk mulai dari bensin, perawatan kesehatan, bahan bakar, makanan, hingga sewa ini berada di atas perkiraan Dow Jones sebesar 5,9 persen. Sementara inflasi bulanan tercatat 0,9 persen, juga di atas perkiraan sebesar 0,6 persen.

Inflasi inti bulanan naik 0,6 persen dari perkiraan 0,4 persen. Sementara inflasi inti secara tahunan mencapai 4,6 persen, juga lebih tinggi dari ekspektasi 4 persen dan tertinggi sejak Agustus 1991. (fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: