Udara New Delhi Kotor, Batu Bara Sumbang Polusi Udara, Enam Pembangkit Listri Ditutup Sementara
INDIA-Polusi asap mencemari udara di New Delhi, India, sudah dua pekan ini. Keliling ibu kota menjadi tidak nyaman, napas terasa sesak. Bukannya membaik, kualitas udara justru memburuk setiap hari. Pada pekan ini level PM2,5 sudah mencapai 400. Itu sudah 30 kali lipat lebih tinggi dari batas maksimal yang direkomendasikan Badan Kesehatan Dunia (WHO).
PM2,5 adalah partikel kecil di udara yang bisa menyumbat paru-paru manusia. Batas amannya adalah 0–12. Di atas 250,5 sudah termasuk beracun.
Sejatinya sekolah-sekolah sudah diliburkan beberapa hari. Namun, karena situasi tak kunjung membaik, Komisi Manajemen Kualitas Udara dan pemerintah setempat mengeluarkan aturan baru. Seluruh sekolah dan perguruan tinggi diliburkan tanpa batas waktu yang ditentukan. Tatap muka baru dibuka setelah situasi kembali normal.
Truk juga dilarang masuk ke Delhi dan negara bagian di sekitarnya hingga 21 November. Seperti Uttar Pradesh, Punjab, Haryana, dan Rajasthan. Pengecualian hanya untuk kendaraan yang membawa komoditas penting seperti bahan pangan. Pekerjaan konstruksi juga dihentikan sementara. Yang diperbolehkan hanya pengerjaan fasilitas umum seperti jalan, jembatan, dan hal lain untuk keperluan publik.
Komisi itu juga mendorong agar perusahaan swasta di Delhi dan negara bagian memberlakukan kerja dari rumah (WFH). Setidaknya untuk 50 persen pekerjanya. Enam di antara 11 pembangkit listrik tenaga batu bara, dengan radius 300 kilometer dari New Delhi, juga ditutup sementara. Alat-alat untuk mengurangi kabut asap pun dikerahkan.
Para pencinta lingkungan menegaskan bahwa menutup sebagian pembangkit listrik tenaga batu bara memang bisa mengurangi polusi udara. Namun, itu hanya solusi sementara. Dibutuhkan penyelesaian jangka panjang. India saat ini masih menggunakan batu bara yang berkontribusi pada polusi. Bahkan, dalam KTT Perubahan Iklim COP26 beberapa waktu lalu, India meminta agar kalimat ”menghapuskan penggunaan batu bara” diganti dengan ”mengurangi secara bertahap”.
”Itu langkah yang baik, tapi terlalu terlambat. Polusi adalah sesuatu yang harus mereka tangani sepanjang tahun, bukan dengan cara reaktif yang spontan,” tegas salah seorang pendiri Care for Air Jyoti Pande Lavakare, seperti dikutip Financial Times.
Dalam laporan kualitas udara dunia yang dirilis IQAir, New Delhi selama tiga tahun berturut-turut menjadi ibu kota terpolusi di dunia. Dari 15 kota terpolusi di dunia, sepuluh di antaranya berada di India.
Jurnal medis The Lancet memperkirakan polusi udara di India memicu 1 juta kematian per tahun. Itu tentu bukan isapan jempol belaka. Sebab, tiap kali kualitas udara memburuk di level beracun, rumah sakit di New Delhi dan sekitarnya dipenuhi pasien yang mengalami sesak napas. (sha/c18/bay)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: