Bayar Berapa

Bayar Berapa

Kecerdikan Singapura  terutama di soal penguasaan udara di bawah 37.000 kaki itu. Menurut Prof Hikmahanto, itu sesuai dengan strategi dasar Singapura: ingin menjadikan Changi sebagai hub penerbangan di Asia Tenggara.

Kalau Singapura hanya mendapatkan yang di atas 37.000 kaki, maka kedaulatan Singapura yang justru berada di tangan Indonesia.

Hampir semua pesawat yang mendarat di Changi, tentu harus terbang rendah. Berarti harus dikendalikan oleh tower di bandara Batam atau Jakarta.

Terutama beberapa menit sebelum menyentuh landasan Changi. Kecuali Singapura bisa mendaratkan pesawat-pesawat besarnya seperti Kopassus yang terjun bebas tanpa payung dari ketinggian 37.000 kaki.

Wajar kalau Singapura harus all out untuk menyelamatkan Changi sebagai hub. Bagi Singapura itu sama dengan menyelamatkan negara.

Bahwa Indonesia menandatangani perjanjian itu, bisa jadi bukti bahwa Presiden Jokowi benar-benar in command. Artinya: Panglima TNI, KSAU, dan KSAL benar-benar patuh pada kehendak presiden, panglima tertinggi mereka.

Di masa lalu, TNI-AL tidak bisa menerima draf perjanjian serupa. Yakni penggunaan wilayah laut Indonesia untuk arena latihan perang militer Singapura.

Bukan karena faktor Singapuranya, melainkan dalam latihan itu Singapura boleh melibatkan negara sekutunya.

Soal di udara, rasanya Indonesia juga harus bisa menjadi negara tetangga yang baik: mengizinkan wilayah udara dikendalikan oleh Singapura.

Realitasnya, Singapura tidak bisa berkutik tanpa lewat wilayah udara Indonesia. Yang penting itu atas penugasan pemilik wilayah itu: Indonesia. Tidak seperti yang terjadi sejak tahun 1946, kepemilikan Indonesia tidak diakui secara nyata.

Yang penting, bayar berapa. (Dahlan Iskan)

Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: