Mati Hidup

Mati Hidup

Tekad itulah yang membuat Roby, begitu lulus STPDN di Jatinangor,  balik ke Sikka.

Biar pun dengan hati yang penuh luka.

\"Pacar tidak mau saya ajak pulang ke Sikka. Padahal saya ingin sekali  kawin dengan dia dan pulang ke Sikka,\" ujar Roby.

Pacarnya itu gadis Sukabumi. Ia jatuh hati berat dengan gadis itu.

Sepulang di Sikka Roby jadi pegawai negeri rendahan di sana. Latar belakang keluarganya yang tokoh Golkar tidak lagi menguntungkannya.

Ia pun ingin menutup luka itu secara permanen. Ia minta siapa saja —terutama keluarga besarnya— untuk mencarikan ia istri. Siapa saja. Yang penting baik hati dan mau tinggal di Sikka.

Salah satu keluarganya kenal dengan gadis asal salah satu desa di Kediri. Dari keluarga amat miskin. Tidak lagi punya ayah dan ibu. Ia lagi bekerja di Bali.

\"Kami diperkenalkan. Lewat telepon. Lalu kami saling menelepon. Tiga bulan kemudian dia mau dibawa ke Sikka,\" ujar Roby. Di Sikka-lah mereka menikah —secara Katolik. Pasangan itu kini sudah punya 4 anak —salah satunya sudah jadi dokter.

Tidak hanya kopra putih. Roby juga mengubah cara menanam vanili. Perubahannya sangat radikal. \"Di Sikka kami sudah menggunakan drip irrigation,\" ujar Roby. Berarti inilah pertanian vanili dengan sistem irigasi air menetes yang pertama di Indonesia.

Kebetulan, saat Roby terpilih sebagai bupati, 60 alumni Israel  sudah pulang. Mereka tiga tahun di Israel: belajar pertanian lahan kering. Salah satunya adalah mendalami sistem irigasi air menetes.

\"Saya sendiri sekarang sudah bisa membuat sistem irigasi air menetes,\" ujar Roby. \"Saya belajar dari anak-anak lulusan Israel itu,\" katanya.

Sikka beruntung punya banyak tokoh nasional. Sejak dulu —sejak zaman Frans Seda menjadi menteri keuangan Orde Baru. Gories Mere, jenderal polisi itu, juga dari Sikka. Gories-lah yang menyekolahkan anak-anak Sikka ke Israel.

Roby sendiri ikut berkebun vanili. Ia sudah berhasil menanam 30.000 pohon vanili. Tersebar di beberapa kecamatan. Sebagai contoh bagi rakyatnya.

Dengan sistem irigasi seperti itu tidak banyak air diperlukan. Semua tanaman dilewati pipa yang diberi lubang. Air menetes hanya di pokok setiap tanaman.

Teknologi melubangi pipa inilah yang ditemukan Israel. Yang sulit ditiru begitu saja. Salah membuat lubang airnya mengucur —bukan menetes. Cobalah kalau bisa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: