Disesalkan Ikut Hadir di Upacara IKN, Gubernur Sumbar: Dimana Melanggar Tauhidnya?

Disesalkan Ikut Hadir di Upacara IKN, Gubernur Sumbar: Dimana Melanggar Tauhidnya?

Radarcirebon.com, PADANG – Kehadiran Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) Mahyeldi Ansharullah pada  ritual kendi Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur, masih dipersoalkan.

MUI Sumbar sebelumnya menyesalkan kehadirian Gubernur Sumbar Mahyeldi, karena acara di IKN mengarah ke perbuatan syirik, yang bertentangan dengan aqidah.

Mahyeldi pun memberikan klarifikasi dan memastikan tidak ada ritual yang bertentangan dengan aqidah tauhid dalam kegiatan bersama Presiden Joko Widodo itu.

\"Saya sampai akhir di sana, tidak ada ritual apapun,\" kata Mahyeldi saat diwawancarai JPNN.com di UIN Imam Bonjol, Padang, Selasa (15/3).

Pejabat yang kerap disapa Buya ini mengatakan selama kegiatan hanya ada penyerahan tanah dan air sebagai simbol pesatuan.

Setiap gubernur membawa air dan tanah dari provinsi masing-masing. Air dan tanah itu merupakan wujud persatuan Indonesia.

\"Hanya penyerahan air dan tanah secara simbolis untuk persatuan,\" katanya lagi.

Mahyeldi melanjutkan, saat pidato Presiden Joko Widodo menyampaikan air dan tanah dari 34 provinsi itu untuk kebhinekaan.

Mahyeldi  merasa tidak tahu bagian mana yang melanggar tauhid.  Miras Masyarakat Kalimantan Timur pun sangat religius, begitupun dengan Gubernurnya Islan Noor yang beragama Islam.

\"Saya tidak tahu dimana melanggar tauhidnya,\" tanya Mahyeldi.

Sebelumnya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumbar menyesalkan sikap Mahyeldi yang ikut membawa air dan tanah untuk ritual kendi IKN di Kalimantan Timur. Ketua Umum MUI Sumbar Gusrizal Gazahar tidak setuju dengan ritual yang dilakukan presiden tersebut.

Menurut Gusrizal, ritual kendi tersebut mengandung unsur keyakinan yang tidak ada dalam aqidah tauhid. Ritual kendi itu pun tidak bisa diterima dengan dalih simbolis apapun atau alasan rasional lainnnya.

\"Jelas sekali ritual itu memiliki landasan keyakinan yang bukan Islam,\" ujarnya.  

Gusrizal khawatir, masyarakat awam akan meniru ritual seperti ini. Dia juga mengingatkan Mahyeldi untuk tetap berkomitmen menjaga filosofi adat Minangkabau, Adat Basandi Syarak dan Syarak Basandi Kitabullah. (jpnn/ing)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: