Merampok Indonesia (Bagian I)

Merampok Indonesia (Bagian I)

Oleh: Fathan Mubarak

BEHIND every great fortune, there is a crime. Kalimat Balzac dalam novel The Human Comedy tersebut pernah dikutip Mario Puzo untuk Godfather-nya.

Godfather sendiri bagai satu terjemah sebagaimana dikatakan Vito Corleone, salah seorang gembong mafia paling berpengaruh di amerika: keuangan adalah senjata, politik adalah tahu kapan harus menarik pelatuknya.

Awal 2018 lalu, Oxford University Press menerbitkan Capitalism Beyond Mutuality? Perspectives Integrating Philosophy and Social Science.

Salah satu artikel menarik ditulis Jay B. Barney dan David Schmidtz. Bagi kedua profesor tersebut, dunia modern hanya berupa segitiga yang terdiri dari keberuntungan, efisiensi, dan kolusi.

Keberuntungan memang tidak sebangun dengan kebaikan. Tidak juga bisa dinisbahkan sebagai kejahatan.

Jika keberuntungan datang dan pergi dari hari ke hari, maka seperti yang dikatakan Santiago dalam The Old Man and the Sea Hemingway, setiap hari adalah hari baru—keberuntungan adalah metafisika tanpa tanda dan titimangsa.

Efisiensi tampak paling ramah. Namun di Negara-negara Dunia Ketiga, efisiensi menjadi biang kehancuran lingkungan, kisruh ketenagakerjaan, darurat kesehatan.

Baca juga:

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: