Bocah Tasik Dipaksa Cabuli Kucing, Meninggal karena Depresi Videonya Disebar
KPAID mengunjungi keluarga bocah Tasik yang depresi dan meninggal usai dipaksa cabuli kucing. -Ist/Radar Tasik-Radarcirebon.com
Radarcirebon.com, TASIKMALAYA - Nasib malang menimpa bocah 11 tahun asal Tasik yang dipaksa cabuli kucing, hingga depresi dan meninggal dunia.
Bocah Tasih usia 11 tahun itu, dipaksa bersetubuh dengan kucing oleh teman-temannya, hingga dia depresi dan meninggal dunia. Pasalnya saat kejadian itu, teman-temannya merekam dengan ponsel.
Tidak berhenti di situ, bocah asal Tasik itu mengalami depresi berkepanjangan hingga meninggal dunia usai video saat dia dipaksa cabuli kucing beredar.
Akibatnya bocah berusia 11 tahun tersebut mengalami depresi dan tidak mau makan berhari-hari hingga sempat dirawat di rumah sakit.
BACA JUGA:Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo Kembali Copot Dua Pejabat Polri, Begini Alasannya
Selain persoalan itu, bocah berinisial F tersebut juga terus menerus di-bully teman-temannya, hingga dipukuli. Sehingga mengalami masalah mental.
Menurut ibu kandung korban, anaknya malu karena video tersebut menyebar sekitar seminggu sebelum korban meninggal dunia.
Sang anak terus menerus menangis dan merasa malu juga sering melamun hingga tidak mau makan.
Akibatnya dia sempat dirawat di rumah sakit, sebelum akhirnya meninggal dunia di tengah perawatan.
BACA JUGA:Suzuki S-Presso Sudah Mengaspal di India, Kapan Giliran Indonesia?
Menurut F, bocah 11 tahun itu dipaksa teman-temannya mencabuli kucing dan direkam dengan ponsel sembari diolok-olok.
Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAID) Kabupaten Tasikmalaya Ato Rinanto, memberikan dukungan moril kepada salah seorang orang tua di Kecamatan Singaparna.
Dukungan tersebut sekaligus membantu memulihkan kesehatan mental orang tua dari almarhum FH, bocah 11 tahun yang meninggal pada hari Minggu 18 Juli 2022 lalu.
Menurut Ato, FH merupakan siswa Sekolah Dasar (SD) warga Kecamatan Singaparna. Dia diduga menjadi korban perundungan atau dibully oleh teman-temannya.
BACA JUGA:DPD Partai Demokrat Jabar, Kasih Warning untuk Para Calon Ketua DPC, Baca Sendiri
Korban mengalami depresi dan akhirnya jatuh sakit. “Korban meninggal dunia pada Minggu 18 Juli 2022 dalam perawatan di Rumah Sakit karena tidak mau makan dan minum,” sebutnya.
Meskipun begitu, pihak keluarga almarhum mengaku ikhlas dan menerima takdir yang dialami anaknya itu. "Saya harap ini tidak terjadi lagi," katanya.
Kini pihaknya membantu melakukan pemulihan trauma serta kesehatan mental kepada keluarga korban.
"Jadi kami lakukan edukasi dan pendampingan untuk keluarga korban. Anak ini usia 11 tahun diduga dibully temannya sampai depresi," katanya.
BACA JUGA:Penerus Tahta Prabu Siliwangi, Ada yang Terjerumus ke Aliran Sesat
Ketua KPAID juga menyebutkan, video bully sempat beredar, khususnya saat korban disuruh teman-temannya melakukan perbuatan tak senonoh. "Yah sempat beredar video bully tak senonoh, itu kan sayang sekali," kata Ato.
Menurut dia, kejadian bully yang dialami korban terjadi pada akhir Juni lalu. Setelah video tersebar, korban sering murung berdiam diri di rumah. "Diam di rumah itu tidak mau makanan dan minum, tidak seperti biasanya," terang Ato.
Sebelum korban sakit, sebut Ato, anak tersebut didiagnosa depresi. "Sebelum sakit hingga dibawa memang mengarah ke depresi. Untuk diagnosa memang harus dokter yang mejelaskan," sebutnya.
Sementara itu, pihak kepolisian sektor Singaparna mengaku belum menerima laporan maupun pengaduan terkait kasus perundungan tersebut.
BACA JUGA:Workshop Pencegahan Kekerasan Seksual Digelar pada MPLS SMK Presiden Cirebon
Meski begitu, pihaknya akan turun ke lapangan untuk mendalami persoalan tersebut. "Kami belum menerima laporan soal ini, tapi anggota ke lokasi untuk pendalaman," kata Panit Reskrim Polsek Singaparna Aipda, Dwi Santoso.
Artikel ini telah terbit di radartasik.com dengan judul: Bocah SD Meninggal, KPAID Kabupaten Tasik Sebut Sempat Jadi Korban Bully
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: