Wangsit Eyang Prabu Siliwangi: Kerajaan Pajajaran Tidak akan Ditemukan

Wangsit Eyang Prabu Siliwangi: Kerajaan Pajajaran Tidak akan Ditemukan

Wangsit Eyang Prabu Siliwangi terkait Kerajaan Pajajaran. -Ist/Ilustrasi-Radarcirebon.com

Radarcirebon.com, CIREBON - Wangsit Eyang Prabu Siliwangi, kerap dikaitkan dengan peristiwa moksa. Tetapi sesungguhnya, terdapat juga prediksi atau ramalan.

Wangsit Eyang Prabu Siliwangi, selama ini menjadi cerita turun temurun dari masyarakat Sunda. Juga terabadikan dalam rangkaian tulisan.

Dalam Wangsit Eyang Prabu Siliwangi, salah satunya mengulas mengapa Kerajaan Pajajaran sulit ditemukan. Bahkan membuat mereka yang mencarinya justru 'tersesat'.

Bahkan dituliskan juga bahwa Kerajaan Pajajaran dapat ditemukan, tetapi oleh orang yang melakukannya dengan berlandaskan ilmu.

BACA JUGA:Gunung Slamet dan Gunung Ciremai, Konon Kakak Beradik, Begini Kisah Legenda

Meski banyak juga nantinya orang yang merasa sudah pintar, tetapi sesungguhnya tersesat pikir dalam hal mengenai Kerajaan Pajajaran.

Wangsit Eyang Prabu Siliwangi ini, juga kerap dikaitkan dengan peristiwa Moksa atau Ngahyang yang disebut-sebut menjadi akhir dari era Prabu Siliwangi sekaligus Kerajaan Pajajaran.

Meski demikian, sejarah justru mencatat fakta yang jauh berbeda. Bahwa ada rentang waktu puluhan tahun antara keruntuhan Kerajaan Pajajaran dengan Prabu Siliwangi meninggal dunia.

Kendati ada perbedaan antara versi sejarah dan cerita tutur di masyarakat, ada baiknya tetap menyimak apa saja yang disampaikan dalam Wangsit Eyang Prabu Siliwangi berikut.

BACA JUGA:Usai Dapatkan Paulo Dybala, Jose Mourinho Ingin Rekrut Pemain Lagi

Ti mimiti poé ieu, Pajajaran leungit ti alam hirup. Leungit dayeuhna, leungit nagarana. Pajajaran moal ninggalkeun tapak, jaba ti ngaran pikeun nu mapay."

"Sabab bukti anu kari, bakal réa nu malungkir! Tapi engké jaga bakal aya nu nyoba-nyoba, supaya anu laleungit kapanggih deui."

"Nya bisa, ngan mapayna kudu maké amparan. Tapi anu marapayna loba nu arieu-aing pang pinterna. Mudu arédan heula.”

“Dari mulai hari ini, Pajajaran hilang dari alam nyata. Hilang kotanya, hilang negaranya. Pajajaran tidak akan meninggalkan jejak, selain nama untuk mereka yang berusaha menelusuri."

BACA JUGA:Usai Dapatkan Paulo Dybala, Jose Mourinho Ingin Rekrut Pemain Lagi

"Sebab bukti yang ada akan banyak yang menolak! Tapi suatu saat akan ada yang akan mencoba, supaya yang hilang bisa ditemukan kembali."

"Bisa saja, tapi menelusurinya harus memakai dasar. Tapi sayangnya yang menelusurinya banyak yang sok pintar dan sombong. Dan bahkan berlebihan kalau bicara.” (Perjalanan Spiritual Menelisik Jejak Satrio Piningit, hal. 16).

Kata dasar yang dimaksud dalam tes paragraf terakhir tersebut, dapat diinterpretasikan sebagai keilmuan juga pengetahuan. Sebab, bila tidak demikian, akan dilebih-lebihkan dan merasa diri paling benar.

Setelah menyampaikan pesan, Prabu Siliwangi kemudian nga-hyang. Salah satu bunyi wangsit yang populer di kalangan masyarakat Sunda.

BACA JUGA:Kematian Brigadir J Jadi Perhatian Presiden Jokowi, Mabes Polri: Tim Bekerja Maksimal

Lamun aing geus euweuh marengan sira, tuh deuleu tingkah polah maung.” (Kalau aku sudah tidak menemanimu, lihat saja tingkah laku harimau).

Hal ini, salah satunya, yang mendasari keyakinan bahwa Prabu Siliwangi telah bersalin rupa menjadi harimau.

Kerajaan Pajajaran berdasarkan keterangan para ahli, sesungguhnya tidak menghilang. Namun dibakar, saat penyerangan oleh Kesultanan Banten.

Saat penyerangan terjadi, ibu kota Kerajaan Sunda yakni Pakwan Pajajaran dibakar habis, dan seluruh anak keturunannya dibunuh. 

BACA JUGA:Bertindak Tegas Jadi Hal Yang Beresiko Bagi Guru, Menko PMK Minta KPAI Buat Ini

Inilah yang menyebabkan kerajaan tersebut tiba banyak ditemukan peninggalannya. Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Prof Dr Nina Herlina Lubis juga mengungkapkan hal ini.

Ditegaskan dia, setelah Prabu Siliwangi wafat, Pakuan Pajajaran sebagai ibu kota Kerajaan Sunda masih ada.

Awal keruntuhan Kerajaan Sunda dimulai dari Sunda Kalapa yang dapat direbut pasukan Demak-Cirebon di bawah pimpinan Fatahillah pada 1527.

"Dari situ, masih butuh 50 tahun meruntuhkan Kerajaan Sunda. Kerajaan ini baru benar-benar runtuh tahun 1579," tandasnya.

BACA JUGA:Bertindak Tegas Jadi Hal Yang Beresiko Bagi Guru, Menko PMK Minta KPAI Buat Ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: