Wacana Pilkada Tidak Langsung Kembali Mencuat, Kali ini Datang dari MPR RI

Wacana Pilkada Tidak Langsung Kembali Mencuat, Kali ini Datang dari MPR RI

KPU RI menyampaikan pernyataan tegas bahwa jadwal pemungutan suara Pilkada Serentak 2024 tidak boleh dirubah.-antikorupsi.org-

Radarcirebon.com, JAKARTA – Mahalnya biaya pemilihan kepala daerah (Pilkada) secara langsung membuat wacana sistem di era Orde Baru kembali mencuat.

Ya, pada saat era Orde Baru, Pilkada dilakukan secara tidak langsung . Kepala daerah, mulai dari gubernur, bupati dan wali kota di pilih oleh anggota DPRD hasil pemilihan umum (Pemilu).

Ketua Badan Pengkajian MPR RI Djarot Saiful Hidayat mengatakan, pihaknya akan melakukan kajian mendalam terkait kemungkinan penerapan Pilkada secara tidak langsung.

BACA JUGA:Masih Butuh Perbaikan, RUU Sisdiknas Tidak Masuk dalam Prolegnas Prioritas Perubahan 2022

"Apakah dimungkinkan bahwa pilkada dilakukan secara asimetris, sehingga tidak semuanya (kepala daerah) dipilih secara langsung," kata Djarot usai pertemuan dengan Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Kantor KPU, Jakarta, Rabu 21 September 2022.

Lebih lanjut, Djarot mengatakan akan mengkaji kemungkinan apakah bisa hanya gubernur yang dipilih langsung atau hanya bupati/wali kota yang dipilih langsung oleh rakyat.

"Apakah dimungkinkan di dalam pilkada tingkat otonomi diletakkan di tingkat provinsi atau diletakkan di tingkat kota kabupaten, karena ini juga akan menyangkut tentang sistem ketatanegaraan kita dan sistem pemilu dan sistem demokrasi kita," ujarnya.

BACA JUGA:Dikabarkan Retak, Inilah Profil Singkat Dedi Mulyadi dan Anne Ratna Mustika

Wacana kajian tersebut, kata Djarot, muncul karena sejumlah alasan, di antaranya sistem demokrasi Indonesia yang disebutnya sudah mengarah ke sistem demokrasi liberal dan tingginya biaya pilkada langsung.

Untuk perhelatan Pemilu Serentak 2024, kata Djarot, negara harus menggelontorkan dana sekitar Rp100 triliun dari APBN untuk penyelenggara pemilu.

Di samping negara, ujarnya lagi, para calon kepala daerah pun harus mengeluarkan dana besar.

BACA JUGA:Rally Moge Cirebon-Lombok Sambil Berbagi ala Police Owners Group

Oleh karenanya, Djarot menilai pilkada tidak langsung dapat mengurangi beban pengeluaran negara maupun biaya yang digelontorkan calon kepala daerah untuk perhelatan pilkada langsung.

Djarot mengatakan pengkajian wacana pilkada tidak langsung oleh Badan Pengkajian MPR ditargetkan rampung secepatnya. 

"Berarti kita menyiapkan kajian ini untuk periode ke depan supaya kita tidak terjebak terus dengan persoalan-persoalan demokrasi liberal individual seperti saat ini," pungkasnya. (jun/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: