Auranya Terlihat, Replika Pedati Gede Pekalangan Dipasang Pecahan Kayu Kereta Asli, Pekerja Harus Salat

Auranya Terlihat, Replika Pedati Gede Pekalangan Dipasang Pecahan Kayu Kereta Asli, Pekerja Harus Salat

Replika Pedati Gede Pekalangan Cirebon, meski hanya tiruan, tetapi memiki aura tersediri.-Dedi Haryadi-radarcirebon.com

Radarcirebon.com, CIREBON - Meski sekadar replika dari Pedati Gede Pekalangan Cirebon, tetapi monumen yang dibangun di Taman BAT Jl Pasuketan, tetap memiliki aura seperti aslinya.

Rupanya, replika Pedati Gede Pekalangan Cirebon itu, juga ditanamkan kayu dari pedati asli yang sempat terbakar di tahun 1970-an dan bertumpuk jadi satu sebelum direstorasi.

Menurut Kepala DPRKP, Wandi Sofyan, beberapa pecahan kayu tersebut ditanamkan dalam replika Pedati Gede Pekalangan Cirebon. Tidak hanya itu, tim seni supa ITB membuat mirip seperti aslinya.

Meski berbahan campura yakni kayu, besi dan komposit, tetapi ornamen bahkan sampai guratan kayu hingga retakan dibuat mirip dengan aslinya.

BACA JUGA:Jejak Manusia Purba di Kaki Gunung Ciremai Kuningan, Situs Purbakala Cipari Jadi Saksi Bisu

BACA JUGA:Baru Sekali Latihan, Duo Calon Naturalisasi Langsung Diturunkan Shin Tae Yong Saat Kontra U-20 Baerum SK

"Makanya kalau kita lihat, auranya itu keluar ya. Karena ini memang dibuat seperti aslinya, ada material asli yang ditanamkan dan sampai guratan kayunya itu ditiru," tuturnya, kepada radarcirebon.com.

Wandi beralasa, guratan kayu bahkan sampai retakan ditiru karena itu adalah bagian dari perjalanan sejarah Pedati Gede Pekalangan Cirebon.

"Guratan kayu itu kan saksi sejarah ya, jadi kita tiru dengan detil dan dikerjakan dengan sangat baik oleh tim seni rupa dan LP2M ITB," tuturnya.

Karena replika pedati tersebut adalah barang bersejarah peninggalan leluhur, tetapi proses perakitannya juga dilakukan dengan beragam ritual dari petunjuk kuncen.

BACA JUGA:Inilah Kelemahan Sistem ETLE yang Harus Segera Diperbaiki Secepatnya

BACA JUGA:Tidak Ada Kemajuan dari Militer Myanmar Atasi Konflik di Negaranya, Indonesia Kecewa

Misalnya, pekerjaan harus dimulai pukul 09.00 WIB. Setiap pemasangan material tertentu, harus dibacakan salawat. Menariknya, pekerja juga harus salat 5 waktu, tidak boleh lepas.

Karena itu, meski mulai pukul 09.00 WIB, pekerja baru boleh selesai setelah Maghrib. Alasannya adalah, mereka harus salat dulu, baru boleh mengakhiri pekerjaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: