Sejarah Hari Jadi Cirebon, Ternyata Keraton Kanoman Sudah Lama Usul Dikaji Ulang

Sejarah Hari Jadi Cirebon, Ternyata Keraton Kanoman Sudah Lama Usul Dikaji Ulang

Keraton Kanoman tempat keberadaan Witana, bangunan pertama di Cirebon yang menjadi bukti Sejarah Hari Jadi Kota Cirebon atau Babad Alas Mbah Kuwu.-Yuda Sanjaya/Dok-radarcirebon.com

Radarcirebon.com, CIREBON - Sejarah hari jari Cirebon rupanya sudah lama diusulkan untuk dikaji ulang, oleh Keraton Kanoman. Bahkan, secara langsung disampaikan setiap kali pembacaan Babad Cirebon.

Hasil pengkajian yang dilakukan Keraton Kanoman menyebut bahwa Sejarah Hari Jadi Cirebon, yang berpatokan pada peristiwa Babad Alas oleh Mbah Kuwu diyakini terjadi pada 1 Muharram 1445 M.

Berdasarkan kajian sejarah Hari Jadi Cirebon oleh Keraton Kanoman, seharusnya Kota Cirebon baru berusia 577 tahun. Bukan 653 tahun seperti yang diperingati pada tahun 2022 ini.

“Puniki babak yaksa carios sajarah awit awit tumekane tanah Caruban. Mugia Gusti Kang Murbeng Dumadi nyukani kula sedaya keberkahan."

BACA JUGA:Dapat Suara Terbanyak Dalam Sidang Tanwir Muktamar Muhammadiyah, Anwar Abbas: Segala Kemungkinan Bisa Terjadi

BACA JUGA:PLTU Cirebon Unit 1 akan Dipensiunkan, Pelopor Teknologi Pembangkit Bersih, Yuk Intip di Sini

Itulah kutipan pembuka sejarah singkat berdirinya Cirebon yang selalu dibacakan oleh Juru Bicara Keraton Kanoman, Ratu Raja Arimbi Nurtina setiap rapat paripurna istimewa saat memperingati Hari Jadi Kota Cirebon.

Pada kutipan berikutnya, Ratu Arimbi menyebutkan bahwa peristiwa babad alas terjadi pada tanggal 1 Muharram atau 1 Syuro 1445 Masehi. Dimana pada momen Inilah dianggap sebagai asal usul berdirinya Cirebon.

Pustakawan Keraton Kanoman, Farihin SHum mengatakan bahwa kutipan sejarah awal mula berdirinya Cirebon tersebut merupakan rangkuman sejarah yang disusun oleh tim Pustaka Keraton Kanoman berdasarkan Carita Purwaka Caruban Nagari, Kitab Krethabumi dan Babad Cirebon Keraton Kanoman.

Menurutnya, kerancuan mengenai sejarah berdirinya Cirebon telah ia kritisi sejak tahun 2016 silam. Meskipun telah disepakati bahwa awal mula kemunculan Cirebon didasarkan pada peristiwa babad alas oleh Pangeran Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana atau Mbah Kuwu, namun ada perbedaan di tahun kapan peristiwa berlangsung.

BACA JUGA:PLTU Cirebon 1 Akan Dipensiunkan Dini, ADB Ungkap Alasannya

BACA JUGA:Inilah Daftar Pemain Premier League yang Membela Timnas di Piala Dunia 2022 Qatar

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Cirebon Nomor 24 tahun 1996 ditetapkan bahwa hari jadi Kota Cirebon jatuh pada tanggal 1 Muharram 791 Hijriyah. Dengan kata lain, jika dikonversikan ke tahun masehi, maka berdirinya Cirebon terjadi pada tahun 1369 masehi.

Sementara itu, sejarawan dan budayawan Cirebon lainnya juga meyakini bahwa peristiwa babad alas oleh Mbah Kuwu terjadi pada 1445 Masehi.

Hal ini didasarkan pada sejumlah data, mulai dari Carita Purwaka Caruban Nagari Karya Pangeran Arya Carbon, Kitab Krethabumi Karya Pangeran Wangsakerta dan Babad Cirebon Keraton Kanoman.

Selain itu, berita dan laporan dari penjelajah dari Portugis Tom Pires juga menunjukan hingga dua decade di abad awal 15, masih disebutkan 6 bandar di pantai utara bagian barat milik Kerajaan Sunda.

BACA JUGA:Gempa Bumi Hari Ini, Bengkulu Diguncang 6,8 Magnitudo

BACA JUGA:Waspada! Kasus Penyebaran Covid-19 Diperkiarakan Sebentar Lagi Akan Mengalami Puncak

Yakni, Bantam (Banten), Pondang (Pontang). Cheguide (Cigede/Ciliwung), Karavam (Karawang/Sungai Citarum), dan Chiamo (Cimanuk). Belum disebutkan adanya Cirebon, Pesambangan atau Amparan Jati.

“Makannya, ketika disebutkan kalau Hari Jadi Cirebon ke 574 (Saat rapat paripurna istimewa tahun 2019) itu banyak yang kaget. Karena tahunya sedang memperingati Hari Jadi Kota Cirebon yang ke 650 tahun,” ungkapnya.

Farihin mengatakan bahwa dari situ, mulai banyak kajian mengenai sejarah hari jadi Kota Cirebon. Beberapa pihak juga kemudian meminta kepada pemerintah dan juga DPRD Kota Cirebon untuk meninjau ulang serta mengeluarkan produk aturan baru yang merevisi Perda 24/1996.

Perda 24/1996 sendiri didasarkan pada catatan sejarah dari sejarawan Cirebon Pangeran Sulaeman Sulandraningrat tahun 1956-1968.

BACA JUGA:Hore! Kasus Gagal Ginjal Akut di Indonesia Telah Selesai

BACA JUGA:Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pusat Tandatangani Komitmen Pengelolaan Sampah Citarum

Pangeran Sulaeman sendiri telah merevisi tulisannya pada tahun 1972, tetapi yang menjadi rujukan, adalah catatan catatan sejarah yang ia tulis sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: