Hidup di Pulau yang Sama, Kenapa Jawa dan Sunda Beda Bahasa? (Bagian-1)

Hidup di Pulau yang Sama, Kenapa Jawa dan Sunda Beda Bahasa? (Bagian-1)

Masyarakat Jawa dan Sunda tinggal di Pulau Jawa yang sama, tetapi memiliki bahasa yang beda meski ada juga kosa kata yang mirip.-Ist-radarcirebon.com

BACA JUGA:Cara Cek Bansos UMKM dari Kemensos Tanpa Terdaftar di banpresbpum.id

Saat itu, Galuh dipimpin oleh Wretikandayun yang dikenal memiliki pengaruh kuat. Sehingga upaya memisahkan diri dari Kerajaan Sunda berhasil.

Tidak hanya berhasil lepas dari Kerajaan Sunda, Kerajaan Galuh justru menjelma menjadi kekuatan baru di Jawa Barat dan bertahan pada periode tahun 670 sampai dengan 1482 Masehi.

Kedua kerajaan tersebut bisa dibilang menguasai wilayah Jawa Barat. Kerajaan Sunda berpusat di Bogor, sedangkan Galuh di Ciamis.

Sebagai Raja Galuh pertama, Wretikandayun memiliki dua anak yakni Sempakwaja dan Mandiminyak. Selepas raja pertama meninggal dunia, penggantinya justru bukan anak pertama yakni Sempakwaja. Tetapi Mandiminyak yang naik takhta.

BACA JUGA:Bansos PKH Tahun 2023 Sebesar Rp3 Juta, Begini Cara Cek Apakah Nama Kamu Sudah Terdaftar

Penyebabnya adalah Sempakwaja yang merupakan penyandang disabilitas. Dalam perjalanannya, Sempakwaja punya keturunan bernama Purbasora.

Kendati demikian, ada dugaan bahwa pernikahan antara Sempakwaja dengan istrinya karena unsur paksaan. Sehingga terjadi hubungan gelap antara istri dari Sempakwaja dengan Mandiminyak.

Skandal kerajaan tersebut menghasilkan keturunan bernama Brantasena. Singkat cerita, Brantasena yang kemudian dipilih menjadi penerus takhta dari Kerajaan Galuh.

Keputusan tersebut ternyata memicu intrik kerajaan, yakni memberontaknya Purbasora karena tidak terima.

BACA JUGA:Siapa Tau Dapat! BANSOS KEMENSOS 2023 Terbaru, Ada yang Rp 3 Juta Loh

Sebab, Purbasora merasa bahwa dirinya adalah anak dari Sempakwaja yang seharusnya menjadi raja karena berstatus Putra Mahkota.

Pertempuran kedua saudara sedarah tersebut tidak dapat terhindarkan. Hingga akhirnya Purbasora berhasil merebut takhta dari tangan Brantasena.

Karena kalah dari pertempuran, Brantasena dan keluarga memilih keluar dari kerajaan dan mengungsi ke kawasan Pakuan atau sekarang Bogor yang merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Sunda.

Tidak hanya itu, Brantasena mendapatkan suaka politik. Bahkan, hubungan diperkuat dengan pernikahan antara anak Brantasena yakni Sanjaya dengan anak dari Tarusbawa Tejakencana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: