Defisit Darah Kian Parah

Defisit Darah Kian Parah

MAJALENGKA–Layanan Unit Donor Darah (UDD) PMI Kabupaten Majalengka mesti memutar otak lebih keras lagi untuk mencari solusi agar ketersediaan darah bagi kebutuhan pasien di Majalengka bisa terpenuhi secara optimal. Pasalnya, ketersediaan stok darah di UDD PMI setiap bulannya selalu defisit ratusan kantong darah. Kasi pelayanan dan pelestarian donor darah UDD PMI Majalengka Rohmat Gojali mengatakan, pihaknya mencatat kebutuhan darah yang mesti dipenuhi UDD PMI Majalengka bagi pasien maupun masyarakat yang membutuhkan transfusi darah, per bulannya mencapai kurang lebih 1.200 labu atau kantong darah. Namun, dari hasil pengumpulan darah dari para pendonor sukarela, setiap bulannya pihaknya hanya mampu mengumpulkan tidak lebih dari 500 sampai 600 labu darah saja. Atau defisit jauh dari kebutuhan yang semestinya. “Defisitnya sebulan bisa sampai 600 atau 700 labu. Kita cukup kerepotan untuk melayani permintaan pasien. Tahu sendiri kan, kalau untuk urusan darah kan sama dengan urusan nyelametin nyawa. Banyak pasien yang setiap harinya rela ‘inden’ buat dapet stok darah yang dibutuhkan,” kata Rohmat kemarin (9/10). Untuk menyiasati defisit stok darah ini, pihaknya bahkan mesti mendatangkan droping labu darah dari PMI Bandung setiap bulannya sampai sebanyak 300 hingga 400 labu. Itupun, masih belum bisa memenuhi kebutuhan darah bagi pasien secara optimal. Kalaupun ada masyarakat atau pasien yang membutuhkan darah darurat, pihaknya menyarankan keluarga pasien tersebut membawa orang yang bersedia menjadi donor pengganti sesuai golongan darah yang dibutuhkan. Dikatakan, penyebab parahnya defisit stok darah di UDD PMI Majalengka, lantaran kesadaran masyarakat untuk menjadi pendonor darah sukarela tergolong minim. Hal ini bisa ditunjukkan dengan sedikitnya para pendonor sukarela yang datang ke UDD PMI Majalengka per harinya. Di samping itu, faktor ketakutan masyarakat dan kesalahan persepsi tentang donor darah, juga menjadi salah satu faktor minimnya pendonor sukarela di Majalengka. “Padahal, menjadi pendonor itu selain merupakan perbuatan yang Insya Allah mendapat pahala, juga banyak manfaat lainnya dari segi medis,” ujarnya. Pihaknya mengakui memang setiap hari kegiatan kunjungan ke sejumlah tempat dan acara untuk melayani pendonor sukarela lewat kegiatan baksos dan sejenisnya memang kerap dilakukan. Namun, hasil dari kegiatan tersebut dirasa belum optimal, karena peminat donor sukarela pada tempat-tempat yang didatangi itu sangat minim. “Pernah kita diundang untuk melayani kegiatan baksos donor darah di suatu pabrik besar yang karyawanya ada ribuan. Tapi seharian kita nongkrong di sana cuma dapat kurang dari 10 labu. Ironis kan,” keluhnya. Padahal, kata dia, logikanya di Kabupaten Majalengka ini ada ratusan bahkan ribuan instansi pemerintah maupun swasta. Jika pada instansi-instansi tersebut dirutinkan pegawai atau karyawannya menjadi pendonor sukarela dalam durasi 3 bulan sekali, pihaknya optimis jika defisit stok darah tersebut bisa teratasi, dan pasien yang membtuhkan darah bisa terlayani lebih optimal lagi. (azs)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: