Mahalnya Mahar Politik, No Urut Bacaleg Bisa Ditentukan, Ini Kisahnya
Ilustrasi mahar politik sangat mahal.-Ist-
"Setelah itu, Sekreatris bilang ke saya, tunggu nanti dalam 5 menit akan ditelepon kembali," imbuhnya.
Namun sampai pagi harinya, tidak ada konfirmasi atau pun pemberitahuan lanjutan kepada Didin.
"Akhirnya saya mengambil sikap mengundurkan diri, baik sebagai bacaleg atau pun dari keanggotaan Partai Demokrat,” tegasnya.
Didin merasa sudah tidak ada lagi penghargaan dari partai kepada kader utama dan pengurus inti.
BACA JUGA:Bambang Sunarso Usung Misi Perubahan
“Masa saya sebagai pengurus inti DPD dengan mudahnya, cuma karena uang, mau ditukar nomor urutnya hanya karena saat itu Pak Yoyom siap membayar," sambung Didin.
Padahal, menurut Didin, dirinya menjadi kader dan pengurus partai lebih dari 20 tahun, mulai berdirinya Partai Demokrat.
Dari catatannya, Didin merupakan pendiri relawan SBY Fans Club di Pemilu 2004, baik di pusat ataupun Jawa Barat.
Lalu pernah menjadi Ketua Tim Gabungan Pemenangan Pilgub Jabar, Tim Penjaringan Caleg DPD PD Jabar ketika Ketua DPD masih Alm. Adjeng Ratna Suminar maupun Mayjen (Purn) Iwan R. Sulandjana.
BACA JUGA:KCD Wilayah X Gelar Sosialisasi PPDB
Di kepengurusan DPD PD Jabar pun, Didin pernah menjadi Wakil Bendahara, Wakil Sekretaris, dan Wakil Ketua.
Sementara di DPRD Jawa Barat pernah menjabat selama 2 perode, dan merasakan menjadi Ketua Komisi V dan Ketua Komisi III, Sekretaris Fraksi, dan berbagai posisi di Alat Kelengkapan Dewan (AKD).
Terpisah, pengamat politik dari Universitas Padjajaran (Unpad) Firman Manan mengatakan, kader yang pindah partai umumnya karena ada beberapa masalah.
Faktor terbesar yang paling menonjol, mulai konflik internal hingga krisis kepemimpinan.
BACA JUGA:Diminta Mahar Rp500 Juta, Bacaleg Partai Demokrat Mundur
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: