Al Zaytun DI: Dahlan Iskan Menulis dengan Bijak

Al Zaytun DI: Dahlan Iskan Menulis dengan Bijak

Datuk MYR Agung Sidayu, Ketua Dewan Pengawas LKM Masjid Rahmatan Lil Alamin mengungkap kesannya atas tulisan Dahlan Iskan mengenai Ponpes dan Mahad Al Zaytun Indramayu.-Dok Pribadi-radarcirebon.com

Dalam tulisannya terdahulu DI menyampaikan bahwa apa yang terjadi pada Sholat Eidul Fitri, dimana terdapat sosok wanita dan sosok sahabat beragama Nasrani yang ikut serta menikmati khusuknya penyelanggaraan sholat Eidul Fitri, adalah sesuatu yang dilakukan tanpa pretensi apapun.

BACA JUGA:Petani Milenial Jabar Punya Program Baru, Magang di Jepang

Kecuali bahwa sosok wanita tersebut adalah isterinya yang sedang berhalangan kesehatannya dan untuk itu duduk di sebelah Dokter Kampus Alzaytun Indonesia, Dr Dani Kadarisman, sementara sosok yang beragama Nasrani adalah CH Robin Manulang sahabat Al Zaytun sejak berpuluh tahun, yang pada saat Eidul Fitri tersebut duduk dengan khusuk mempelajari kekhusyukan Ibadah Sholat Eid yang diselenggarakan dengan tertib.

Dan ini adalah bagian dari implementasi motto: “The Center of Education, Peace and Tolerance culture development” Al Zaytun Indonesia.

Dahlan Iskan juga bertanya kepada Syekh Alzaytun tentang keterlibatannya dengan NII (Negara Islam Indonesia), yang marak di ungkit kembali sebagai point of interest agar menjadi bumbu penyedap fitnah terhadap Syekh Abdussalam Panji Gumilang dengan satu tujuan agar Mahad Alzaytun ditutup seperti halnya salah satu Pondok Pesantren di Jombang yang ditutup oleh Menteri Agama dengan gagahnya.

Kemudian sehari setelah penutupan di buka kembali atas perintah Presiden Joko Widodo dengan berbagai pertimbangan.

BACA JUGA:Pembantu Pembina Keluarga Berencana Garda Terdepan Pengendalian Penduduk di Kabupaten Cirebon

Pertanyaan DI kemudian dijawab oleh Syekh Abdussalam Panji Gumilang dengan gamblang, bahwa NII historically sudah tidak ada sejak tahun 1962.

Sehingga tidak masuk di akal jika kemudian Al Zaytun dikaitkan dengan NII hanya untuk menjustifikasi kesalahan untuk menutup dan mengambil alih pondok pesantren ini dengan mudah.

Mereka berfikir enteng saja bahwa hanya dengan tuduhan itu mereka dengan mudah mengambil alih dengan terlebih dahulu menutup Al Zaytun.

DI mengemasnya dengan apik dalam tulisannya, dengan menyampaikan sejarah perkembangan pesantren di masa Orde Baru dimana saat itu pemerintah mendirikan organisasi yang bernama GUPPI yang dipimpin oleh Jenderal Sujono Humardani, disebut pula seorang Kyahi ternama bernama KH Tahir Wijaya yang secara pribadi saya mengenalnya.

BACA JUGA:Terancam Abrasi, Panji Gumilang Usul ke Pemkab Indramayu untuk Menata Pantai Eretan-Kandanghaur

Dahlan Iskan menceritakan juga bahwa NII adalah ciptaan beberapa sosok yang pada saat itu dekat dengan Jenderal Ali Murtopo yang berseberangan dengan Presiden Soeharto dan berusaha menjadikannya sebagai aksesibility untuk menjatuhkannya.

Saat Dahlan Iskan berkunjung ke Al Zaytun ada dua hal yang secara gamblang dikagumi, bahkan selama hidupnya baru hari itu, yakni bagaimana DI menyanyikan Lagi Indonesia Raya Tiga Stanza saat senam pagi dan saat pembukaan acara wisuda IAI Al Aziz yang katanya sudah lebih lancar karena ada teks di layar.

Indonesia Raya tiga stanza sebenarnya sudah di rekomendasikan oleh Menteri Pendidikan, tetapi banyak lembaga jika tidak disebut semua kecuali Al Zaytun, tidak melakukannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: