Di Balik Tidak Lazimnya Syekh Panji Gumilang, Ini Sifat dan Tindakannya

BACA JUGA:Al Zaytun DI: Dahlan Iskan Menulis dengan Bijak

"Kalau saya punya tempat pendidikan, saya akan memberi kebebasan, tidak akan aku cukur rambutnya, tidak akan aku hukum dalam bentuk kekerasan fisik, aku hanya akan beri isyarat agar dimengerti," kata Panji Gumilang.

Sekolah di Gontor sangat membanggakannya. Banyak memetik hikmah, pelajaran dan ilmu yang kemudian sebagian ditularkannya dalam mendidik santri di Mahad Al Zaytun.

Bahkan karena kebanggannya dengan Pesantren Gontor tersebut, anaknya yang pertama sampai yang keempat di sekolahkannya di sana.

Sifat dan tindakan yang menjadi ide lainnya dalam diri Panji Gumilang, pendidikan itu harus diciptakan sebagai gula dan ekonomi sebagai semutnya. 

BACA JUGA:Lahan Luas dan Banyak yang Kosong, Mahad Al Zaytun 'Surga' Baru Deretan Mahluk Ini, Hiii

Jangan malah ekonomi yang diciptakan sebagai gula dan rakyat (pendidikan) jadi semutnya. 

Bila pendidikan sebagai gula dan ekonomi sebagai semut, maka semut (ekonomi) akan mendatangi orang yang terdidik. 

Karena semut adalah makhluk yang mengerti kualitas dirinya terhadap gula, sehingga semut tidak akan terkena sakit gula. 

Suatu cita-cita mulia dari Syekh Panji Gumilang sejak kecil, adalah menjadi guru dan mendirikan sebuah lembaga pendidikan. 

BACA JUGA:Aneh Tapi Nyata, Al Zaytun Itu Pesantren Tapi Ikut 'Cawe-cawe' Hal Ini

Dengan maksud agar peradaban umat manusia tidak putus, maka dengan berbagai kemampuan yang ada padanya, ia berusaha menyambungnya. 

Itulah cita-citanya mendirikan Pesantren Al Zaytun, disamping untuk merangkum kehendak bangsa Indonesia sendiri, menjadi bangsa yang diperhitungkan di antara bangsa-bangsa lain. 

Panji Gumilang berpendapat, peradaban tersebut harus disambung dengan manajemen 'kekitaan' bukan 'keakuan'. 

Sebab menurutnya, keakuan umurnya sangat pendek, hanya terbatas. Tapi kalau kekitaan berumur lama dan tidak pernah putus. 

Sumber: