Lieu de Memoire, Sebutan Gedung Perundingan Linggarjati dari Putri van Os

Lieu de Memoire, Sebutan Gedung Perundingan Linggarjati dari Putri van Os

Lieu de Memoire yang menjadi sebutan Gedung Perundingan Linggarjati, Kabupaten Kuningan.-Yuda Sanjaya-radarcirebon.com

KUNINGAN, RADARCIREBON.COM - Lieu de Memoire adalah sebutan dari Joty ter Kulve van Os, terhadap Gedung Perundingan Linggarjati, Kabupaten KUNINGAN.

Joty ter Kulve pernah tinggal di Gedung Perundingan Linggarjati. Itu adalah rumah yang dibangun sang ayah yakni Jacobus Koos Johannes van Os.

Rumah tersebut awalnya dibangun untuk van Os dan keluarga. Mereka sempat tinggal di rumah itu, sampai kemudian berubah jadi Hotel Merdeka.

Bahkan, rumah tersebut sempat dikuasai oleh Jepang. Sehingga banyak arsip yang hilang. Sebelumnya diubah menjadi hotel kembali dan dipakai sebagai tempat perundingan antara Pemerintah Indonesia dan Belanda.

BACA JUGA:Cerita Keturunan Pemilik Gedung Perundingan Linggarjati, Tiap Tahun Masih Datang ke Kuningan

Perundingan tersebut dibantu oleh mediator Lord Killearn yang berasal dari Inggris.

Meski puluhan tahun meninggalkan Indonesia dan tinggal di Belanda, Joty Ter Kulve van Os masih sangat mencintai rumah di kaki Gunung Ciremai tersebut.

Sebab, di rumah itulah masa kecilnya dihabiskan bersama sang ayah, ibu juga adik-adiknya.

Atas penghormatan terhadap masa lalu dan keluarga, Joty Ter Kulve van Os membuat sebuah lembaga yakni Indonesia Nederland Society.

BACA JUGA:LAGI, Erick Thohir Mendapat Surat Peringatan FIFA

Sejak dua puluh tahun yang lalu Joty bersama adiknya Willem van Os yang telah meninggal dunia memulai usaha untuk mengubah rumah masa mudanya.

Rumah itu, disebutnya Lieu de Memoire (Rumah Kenangan) karena di sanalah pada tahun 1946 dilaksanakan perundingan antara Indonesia dan Belanda.

Dulu rumah itu memang dibangun oleh ayah mereka Koos van Os, sekarang menjadi museum nasional Indonesia yang banyak dikunjungi oleh orang Indonesia dan Belanda.

Dengan menetapkan rumah tempat berlangsungnya perundingan itu sebagai monumen nasional, pemerintah Indonesia menghormati upaya diplomasi para pendiri bangsa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: