Sejarah Kelam Desa Japara Kuningan: Tragedi Darah Putih Seorang Santri, Kuwu Kabur ke Kapetakan
Gambar hanya ilustrasi tidak terkait langsung dengan sejarah Desa Japara di Kuningan.-Freepik.com-
RADARCIREBON.COM – Desa Japara di Kecamatan Japara, Kabupaten Kuningan, menyimpan sejarah kelam yang telah diwariskan turun-temurun sejak abad ke-17.
Di balik ketenangannya hari ini, desa yang berbatasan dengan Desa Singkup itu pernah menjadi saksi tragedi berdarah yang melibatkan seorang kepala desa dan seorang santri pengembara.
Asal Usul Nama Peundeuy Raweuy
Sebelum dikenal sebagai Desa Japara, wilayah ini bernama Peundeuy Raweuy. Nama tersebut berasal dari bahasa Sunda: peundeuy berarti pohon petai yang tidak berbuah, sementara raweuy berarti rindang.
BACA JUGA:Sejarah Desa: Asal Usul Rawagatel Cirebon, Legenda Balong Beracun dan Kesaktian Ki Jaka Tawa
Dalam istilah masyarakat Sunda, peundeuy raweuy diibaratkan sebagai peuteuy lalakina atau pohon petai jantan yang tidak menghasilkan buah.
M Thamrin, warga Desa Japara sekaligus mantan kepala desa, membenarkan bahwa tragedi pada masa lampau menjadi cikal bakal perubahan nama desa tersebut.
Ditugaskan ke Keraton, Kepala Desa Pulang dengan Amarah
Pada abad ke-17, Desa Peundeuy Raweuy, bersama desa-desa lain di Kecamatan Jalaksana, berada di bawah kekuasaan Kesultanan Cirebon. Para kepala desa diwajibkan menjalani tugas piket atau tugur di Keraton Kasepuhan selama tiga bulan setiap tahun.
BACA JUGA:Sejarah Desa Trusmi: Jejak Leluhur, Arsitektur Kuno, dan Perkembangan Budaya Cirebon
Menjelang keberangkatan kuwu Peundeuy Raweuy menjalankan tugasnya, datang seorang santri pengembara dari Jepara, Rembang.
Usai menempuh perjalanan panjang dari daerah Ciamis, santri itu meminta izin untuk bermalam.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


