Minat Kerja Masyarakat Pribumi Masih Rendah

Minat Kerja Masyarakat Pribumi Masih Rendah

MAJALENGKA – Minat masyarakat pribumi Majalengka untuk bekerja maupun berkarir di sebuah bidang kerja tergolong masih rendah, khususnya minat untuk bekerja maupun berkarir di kampung halaman (Kabupaten Majalengka). Kepala Bidang (Kabid) Pelatihan Produktifitas dan Penempatan Tenaga Kerja (P3TK) Dinsosnakertrans Drs H Nasrudin MMPd menjelaskan, jika melihat dari minat kerja masyarkat pribumi untuk bekerja di kampung halamanya, pihaknya bisa menggolongkan masih rendah. Indikasinya, lanjut dia, bisa dilihat dari angka job order dari perusahaan lokal, atau cabang perusahaan di Majalengka, yang membutuhkan rekrutan baru tenaga kerja berdomisili asli Majalengka belum bisa terserap maksimal. Padahal, sudah dijelaskan prospek penghasilan dan karir yang bisa didapat oleh karyawan yang berprestasi. “Misalnya, ada beberapa perusahaan yang berkomunikasi ke kita untuk membuka job order, kemudian diumumkan ke masyakarat melalui papan pengumuman di Disnaker, maupun di tempat keramaian publik lainnya. Dari sekian banyaknya kuota yang dibutuhkan, paling juga cuma 10 persennya yang terpenuhi,” jelas pria yang akrab disapa Enas ini. Mengenai perusahaan apa saja yang job oredernya kurang maksimal terserap, Enas tidak bisa menyebutkan satu per satu. Namun yang pasti, perusahaan tersebut ada beberapa macam, dan pada berbagai bidang kerja, mulai dari sektor industri, perbankan, hingga perdagangan barang dan jasa. Disamping itu, indikasi lainya bisa dilihat dia ketika menerima permohonan pembuatan kartu pencari kerja (kartu kuning) dari masyarakat, dimana bidang kerja yang ditempatinya saat ini, memang yang berurusan dengan pembuatan kartu kuning dari masyarakat. Setiap hari pihaknya mengamati maupun menanyai si pemohon kartu kuning, mayoritas mereka membuat kartu kuning untuk keperluan melamar kerja, dengan tujuan lebih banyak mencari pekerjaan ke luar kota, maupun ke Kota-kota besar lainnya, seperti Jabodetabek, Bandung, dan lainnya. Selain itu, pihaknya mengklaim jika tidak optimalnya penyerapan job order juga diakibatkan oleh kualitas hasil uji seleksi para peserta job order asli pribumi yang masih kurang, atau dibawah rata-rata kriteria yang diinginkan perusahaan. Salah satu contoh, beberapa kali pihaknya pernah berkesempatan menyelenggarakan job order dan fasilitasi seleksi calon karyawan salah satu perbankan. Misalnya, jika nilai standar kriteria kelulusan untuk bekerja di perbankan ada di angka 800. Tapi, jarang ada yang tembus angka segitu. “Memang pada awalnya peminatnya yang domisili asli Majalengka lumayan banyak. Tapi saat diseleksi, minim sekali peserta yang nilai seleksinya sesuai dengan standar kriteria perbankan tersebut. Yang lulus juga, biasanya dikatrol nilainya, sehingga untuk memenuhi kebutuhan kuota karyawanya, perbankan tersebut mesti melakukan job order dan seleksi calon karyawan sampai berkali-kali,” imbuhnya. (azs)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: