Ikut Konvensi, Dino Nothing To Lose

Ikut Konvensi, Dino Nothing To Lose

JAKARTA- Dino Patti Djalal, mengaku optimistis dalam mengikuti Konvensi Partai Demokrat. Mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat ini mengaku tak memiliki beban dalam mengikuti ajang mencari capres partai penguasa itu. \"Saya optimistis karena saya merasa ada ruang. Saya orang dari luar partai, tidak terbebani secara psikologi. Saya datang dengan beban yang ringan. Nothing to lose,\" tegas Dino dalam kunjungannya ke kantor Rakyat Merdeka (Grup Radar Cirebon) di Gedung Graha Pena, Jakarta Selatan, Rabu petang (15/1). Dino mengakui keinginannya untuk terjun ke dunia politik telah ada sejak lama. Ia juga menyebut bahwa salah satu alasannya menerima tawaran untuk bergabung dalam konvensi karena memiliki gagasan untuk membenahi dan membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. \"Saya merasa masih muda, energi saya masih kuat. Saya juga memiliki pengalaman yang cukup di eksekutif. Saya merasa ada obat yang bisa saya tawarkan untuk Indonesia,\" tuturnya. Karena itu, Dino merasa dibukakan jalan untuk masuk ke dunia politik dan merealisasikan gagasan-gagasannya tersebut ketika ditawarkan untuk bergabung dalam konvensi. \"Saya tidak merasa ditawarkan, saya dibukakan pintu,\" tandasnya. Untuk mendongkrak kembali suara serta kepercayaan masyarakat, Demokrat seharusnya introspeksi dan bekerja keras menyusul menurutnnya elektabilitas partai pemerintah itu berdasarkan sejumlah lembaga survei. \"Memang intinya satu, Partai Demokrat harus benar-benar bekerja keras. Kalau ada persepsi atau miss persepsi perlu introspeksi secara jujur,\" jelas Dino. Dino juga menyinggung sejumlah kader partai terjerat masalah hukum. Menurutnya, Demokrat harus bisa lebih tegas terhadap kader yang bermasalah. \"Kalau memang ada anggota yang nakal, partai harus lebih keras dibanding orang luar. Ini pembelajaran partai yang penting,\" tuturnya. Hal itu penting dilakukan agar kepercayaan masyarakat tetap terjaga. \"Karena dalam politik yang mahal adalah trust (kepercayaan),\" tegasnya. Pasalnya, lanjut Dino, karakteristik masyarakat Indonesia cenderung mudah diyakinkan, tapi juga mudah kehilangan kepercayaan. Ia membandingannya dengan karakteristik masyarakat Amerika Serikat yang cenderung sulit diyakinkan. \"Voter di Indonesia lebih sederhana. Lihat orang simpatik saja sudah percaya. Melihat orang yang kelihatan jujur, sudah percaya. Tapi sekali hilang kepercayaan, maka akan susah untuk tumbuh lagi,\" beber Dino. (zul)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: