Bagaimana Cara Menembus Mahad Al Zaytun? Ini Bocoran dari Orang Dalam
Pondok Pesantren Mahad Al Zaytun Indramayu.-Mahad Al Zaytun-radarcirebon.com
INDRAMAYU, RADARCIREBON.COM - Berbagai elemen mengaku masih sulit untuk bisa masuk ke Al Zaytun. Selain internal pondok itu yang dinilai tidak kooperatif, juga butuh keseriusan untuk bisa menembus pondok itu.
Di luar pondok memang banyak wacana untuk bisa mengurai kontroversi di Mahad Al Zaytun. Ada yang usul berkunjung untuk tabayun. Ada yang berprinsip tak perlu tabayun, didemo saja.
Ada juga yang usul tidak cukup hanya bekunjung, tabayun dan demo. Tetapi langsung ditutup pondok itu oleh pihak yang berwenang.
Bahkan ada yang lebih ekstrem. Tak cukup berkunjung, tabayun, demo dan hanya ditutup. Tapi ada yang minta tangkap sekalian Syekh Al Zaytun Panji Gumilang.
BACA JUGA:Al Zaytun Terdesak? Pengawas Yayasan Sebut akan Buat Laporan Khusus dan Sebut Ada Pelanggaran HAM
Tetapi apa yang terjadi di dalam pondok? Baik itu civitas, wali santri dan para pendukung pondok yang berlokasi di Desa Mekarjaya, Kecamatan Gantar Kabupaten Indramayu.
Mereka seperti tenang-tenang saja. Seolah tidak terganggu oleh hiruk-pikuk di luar pondok yang kian memanas. Yang menuntut pemerintah bersikap tegas.
Soal kondisi di dalam Mahad Al Zaytun itu diungkap oleh wali santri yang mengaku bernama Sumarti. Dalam unggahan di media sosial Facebook, dia menulis soal pondok itu setelah ramai menjadi kontroversi di luaran.
Sumarti yang mengaku warga Babakan Jaya Gabus Wetan, Indramayu ini, mengatakan Al Zaytun tidak pernah akan goyah terhadap hiruk-pikuk dan berbagai tuntutan di luar pondok.
BACA JUGA:Kisah Zezen Zainal, Mulai dari RCTV Kini Bakal Ceramah di Tv Nasional
“Visi misi mulia lembaga sekelas Al Zaytun, berdasar kesimpulan saya sebagai Wali Santri Pribumi asli Indramayu, bahwa Al Zaytun tidak akan goyah atau bergeming,” ungkap Sumarti.
Tak goyah dari apa? “Dari berbagai ucapan mereka yang belum mumpuni dalam memahami tujuan Allah SWT dalam mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai rahmatan lil 'alamiin,” sebut Sumarti.
Sumarti pun maklum akan level-level keilmuan orang yang tidak suka, dalam memahami Mahad Al Zaytun.
Sebab menurutnya, ukuran orang berilmu sejati mengaplikasikan Alquran dalam realitas kehidupan ini harus berdasarkan pada empat siklus. Yakni: tadarus, tadabur, tafakur dan tabayyun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: