11 Nelayan Dikabarkan Hilang

11 Nelayan Dikabarkan Hilang

INDRAMAYU – Cuaca yang tidak menentu kembali menyulitkan nelayan untuk melaut. Bahkan akibat cuaca ekstrem itu, banyak nelayan dikabarkan hilang karena kapal yang ditumpanginya terbalik tergulung gelombang tinggi. Setelah dikabarkan sebuah perahu motor dengan 5 nelayan asal Desa Majakerta Kecamatan Balongan terbalik karena diterjang ombak, kini kabar serupa juga kembali mencuat. Sedikitnya 11 nelayan asal Indramayu dinyatakan hilang. Kabar tenggelamnya kapal yang ditumpangi 11 nelayan Indramayu itu, seperti dikatakan Ahmad Syahroni. Kepada Radar, ia mengatakan bila kapal nelayan yang berangkat pada 9 Januari 2014 lalu dinyatakan hilang kontak pada Kamis (16/1) dini hari. Dalam komunikasi terakhir, perahu nelayan itu posisinya berada di sekitar perairan Angling, Kalimantan. Diperkirakan 11 nelayan itu berada pada titik koordinat 03:56 Lintang Selatan dan 108:42 Bujur Timur. “Diduga kapal diterjang ombak dengan ketinggian sekitar 3 meter dan kemarin (16/1) kita kehilangan kontak. Meski sudah diketahui titik koordinat tenggelamnya perahu nelayan itu, namun belum diketahui kondisi ABK itu,” ungkap pria yang juga menjadi pengusaha ikan tangkap itu, Jumat (17/1). Sejumlah ABK yang turut serta di dalam kapal itu antara lain Roni (28), Taufik (25), Tatang (22), Agus (20), Toto (21), Rizal (22), David (20), dan Nursidin (39). Seluruh ABK itu merupakan warga Desa Karangsong Indramayu. Sementara 3 ABK lainnya belum diketahui identitasnya. Upaya pencarian seluruh ABK itu terus dilakukan, namun hingga saat ini belum membuahkan hasil. Keluarga ABK masih menanti kepastian kondisi terakhir dari anggota keluarganya. Sementara itu, ribuan nelayan lainnya lebih memilih untuk berhenti melaut akibat cuaca buruk yang melanda beberapa hari terakhir ini. Kondisi cuaca yang buruk, mengakibatkan gelombang tinggi di perairan Laut Jawa dan Kalimantan. Bahkan ketinggian gelombang bisa mencapai lebih dari 3 meter. Ratusan kapal nelayan menepi ke muara di Desa Karangsong. Kebanyakan nelayan memilih tidak melaut hingga cuaca kembali normal. Seperti yang dilakukan Janudin, salah seorang nelayan setempat. Sejak memutuskan untuk tidak melaut, ia lebih memilih memperbaiki jaring ikan dan merenovasi perahunya. Menurutnya, saat ini kondisi cuaca di lautan telah memasuki puncak cuaca buruk. Tingginya gelombang disertai dengan tiupan angin kencang, mengurungkan niat nelayan untuk melaut. Mereka tidak berani mengambil risiko bila tetap berlayar ke tengah laut. Saat ini, lokasi yang dianggap rawan saat cuaca buruk berada di sekitar Pulau Rakit dan perairan Kalimantan. “Nelayan yang menggunakan kapal kecil hingga yang berukuran 29 GT lebih memilih untuk tidak melaut hingga cuaca benar-benar kembali normal. Sepertinya cuaca pada musim baratan ini, merupakan yang paling buruk,” katanya. (cip)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: