Khatib Perempuan Salat Jumat, Sebelum Digagas Syekh Panji Gumilang Sudah Ada Amina Wadud

Khatib Perempuan Salat Jumat, Sebelum Digagas Syekh Panji Gumilang Sudah Ada Amina Wadud

Amina Wadud, sosok imam dan khatib perempuan, jauh sebelum gagasan itu diungkapkan Syekh Panji Gumilang.-University Cape Town/Ist-radarcirebon.com

INDRAMAYU, RADARCIREBON.COM - Gagasan khatib perempuan dari Syekh Panji Gumilang untuk salat Jumat, urung dilaksanakan setelah Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan Fatwa.

Syekh Panji Gumilang juga melunak dan batal menjadikan perempuan sebagai khatib Salat Jumat. Sebuah rencana yang diungkapkan saat bertemu dengan kepala kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Indramayu.

Panji Gumilang mengaku, tidak mau dianggap memprovokasi atau melakukan perlawanan. Musababnya, gagasan tersebut memantik reaksi keras dan kontroversi.

Disusul MUI mengeluarkan fatwa nomor 38 tahun 2023 tentang Hukum Wanita Menjadi Khatib dalam Rangkaian Shalat Jumat.

BACA JUGA:Persib Bandung Tahan Imbah Arema FC 3-3, Satu Poin Berhasil Dibawa Pulang

Pada fatwa ini, disebutkan bahwa khutbah Shalat Jumat oleh wanita di hadapan jemaah pria tidak sah dan telah ditetapkan pada 13, Juni 2023.

Kendati demikian, sebelum Syekh Panji Gumilang menggagas perempuan menjadi khatib salat Jumat, sebenarnya sudah ada sosok berjuluk Lady Imam.

Dia adalah Amina Wadud. Seorang perempuan yang juga imam salat. Sekaligus pemikir kontemporer yang telah melakukan rekonstruksi metodologis dalam penafsiran Alquran.

Cara ini ditempuh untuk mendapatkan penafsiran yang sensitif dan adil gender, khususnya bagi perempuan.

BACA JUGA:Tunggu Jadwal Pulang, Jemaah Haji Asal Jawa Barat Lakukan City Tour dan Umrah

Sosok Amina Wadud memang sempat memantik kontroversi, karena menjadi imam untuk salat Jumat yang diikuti laki-laki.

Namanya kemudian menjadi terkenal pada tahun 2005. Di mana dia menjadi imam salat Jumat di Amerika dan di Oxford pada thaun 2008.

Dia juga melakukan penafsiran ulang Alquran dengan mengikutsertakan realitas dan pengalaman perempuan.

Pada tahun 1992, Amina Wadud menulis buku 'Quran and Woman' yang telah diterjemahkan ke dalam 7 bahasa. Salah satunya Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: