Khatib Perempuan Salat Jumat, Sebelum Digagas Syekh Panji Gumilang Sudah Ada Amina Wadud

Khatib Perempuan Salat Jumat, Sebelum Digagas Syekh Panji Gumilang Sudah Ada Amina Wadud

Amina Wadud, sosok imam dan khatib perempuan, jauh sebelum gagasan itu diungkapkan Syekh Panji Gumilang.-University Cape Town/Ist-radarcirebon.com

BACA JUGA:Banjir Lahar Dingin Gunung Semeru Terjang Lumajang, 3 Orang Meninggal Dunia

Dilansir dari Kabar Sejuk, dalam buku Wuran and Woman, Amina menafsirkan Alquran dalam perspektif perempuan dan berbagai topik. Misalnya signifikansi perempuan, peran dan hak perempuan dalam Islam.

Motivasi Amina menafsir ulang Alquran dengan perspektif perempuan, karena tafsir 'tradisional' secara eksklusif ditulis laki-laki.

Itu berarti laki-laki dan pengalaman laki-laki dilibatkan dalam tafsir. Sedangkan perempuan tidak diikutsertakan. Atau pengalaman perempuan diinterpretasikan lewat visi, perspektif dan kehendak laki-laki.

Dalam dunia akademis, Amina Wadud mendaptakan gelar doktor studi Arab dan Islam dari University of Michigan, Amerika Serikat.

BACA JUGA:Kasusnya Naik Ketahap Penyelidikan, Tapi Status Panji Gumilang Masih Saksi, Begini Kata Kadiv Humas Polri

Sebelumnya, ia juga mengenyam pendidikan Bahasa Arab di American University di Kairo, Mesir dan Studi Alquran dan Tafsir di Universitas Al Azhar, Mesir.

Saat ini, Amina Wadud tinggal di Yogyakarta. Pada 14, Februari 2022, Amina meluncurkan inisiatif global bernama Queer Islamic Studies and Theology (QSIT) yang fokus pada isu keragaman gender dan seksualitas dalam konteks Islam.

Sementara itu, Syekh Panji Gumilang yang merupakan pemimpin Mahad Al Zaytun menegaskan bahwa UUD 1945 memberikan kebebasan agama, keyakinan dan kepercayaan. 

Menurutnya, konstitusi telah menjamin warga negara menjalankan aktivitas keagamannya. Berkenaan dengan khatib wanita, syekh berkeyakinan, seharusnya bisa.

BACA JUGA:Bareskrim Polri Bentuk Tim Usut 289 Rekening Milik Panji Gumilang dan Pondok Pesantren Al Zaytun

"Khatib wanita, saya yakin bisa. Pemikiran itu boleh mengatakan kita salah. Yang kita hadapi manusia yang punya hak untuk hidup dan beragama termasuk menjadi khatib," katanya.

Syekh mengaku, ungkapannya menjadikan wanita sebagai khatib baru sekadar cita-cita yang disampaikan. Namun, belum sempat dilaksanakan di Al Zaytun.

"Saya bercita-cita itu, diumumkan. Siap-siap jadi khatib. Itu belum dilaksanakan. Tapi akan dilaksanakan," tandasnya.

Baginya, wanita juga punya hak untuk berdakwah. Karenanya, hal tersebut jangan hanya menjadi milik laki-laki saja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: