Lanal Cirebon Turun, Selamatkan Warga yang Sakit Terjebak Banjir
CIREBON - Desa/Kecamatan Kapetakan dan Desa Singakerta, Kecamatan Krangkeng yang menjadi perbatasan Kabupaten Cirebon dengan Indramayu, terendam banjir. Ribuan rumah dan ribuan hektare sawah tidak dapat difungsikan. Kerugian ditaksir mencapai Rp7 miliar. Banjir yang sempat setinggi dada orang dewasa, belum kunjung surut hingga tim evakuasi dari Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Cirebon datang pada Selasa (21/1). Komandan Lanal Cirebon, Letkol Laut (P) Deny Prasetyo mengatakan, Lanal Cirebon turut merasakan yang dialami para korban banjir di beberapa wilayah di Indonesia, khususnya wilayah III Cirebon. Bertugas membawahi AL wilayah III Cirebon, Lanal turun untuk mengevakuasi korban menggunakan perahu karet. “Kami menurunkan tim untuk membantu korban banjir di wilayah Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon, sekaligus wilayah Kecamatan Krangkeng Kabupaten Indramayu. Lokasinya berdekatan,” ujarnya kepada Radar, Selasa (21/1). Tim dipimpin oleh Komandan Unit Intelijen Lanal Cirebon, Letda Laut (P) Hadi Sutrisno. Beranggotakan 25 orang, mereka menerjang genangan air bervariasi. Mulai dari setinggi perut orang dewasa hingga seukuran paha. Setelah menyusuri ribuan rumah yang terendam, tim evakuasi Lanal menemukan setidaknya 25 orang yang terjebak di rumah masing-masing dalam keadaan sakit. “Mereka kami evakuasi menggunakan perahu karet. Langsung dilarikan ke posko banjir terdekat,” terangnya. Camat Krangkeng Kabupaten Indramayu, Drs H Masroni menjelaskan, banjir sudah menggenang wilayah kecamatan tersebut sejak minggu kemarin. Terhitung, sudah tiga hari warga terjebak dalam arus air yang besar. “Sampai sedada orang dewasa. Rata-rata di atas 1 meter,” terangnya. Untuk wilayah Kecamatan Krangkeng, tiga desa terendam banjir. Yakni, Desa Krangkeng, Singakerta dan Kalianyar. Bahkan, untuk banjir di Desa Krangkeng, seribu rumah terendam. Tidak hanya ribuan rumah warga terendam. Puluhan ribu hektare sawah ikut menjadi korban banjir tahun 2014 ini. Termasuk di dalamnya, kolam budidaya ikan yang menjadi mata pencaharian sebagaian masyarakat wilayah Kecamatan Krangkeng. “Areal tambak yang tergenang diperkirakan ribuan hektare. Kerugian total kami taksir mencapai Rp7 miliar,” terangnya. Kepala Desa Singakerta Kecamatan Krangkeng Indramayu, Adi menambahkan, ada warganya yang sakit dan tidak dapat dievakuasi secara manual. Karena itu, kehadiran tim evakuasi dan bantuan dari Lanal Cirebon, menjadi sangat berarti. “Atas nama masyarakat Desa Singakerta, kami berterimakasih kepada Lanal Cirebon,” ujarnya. Hampir setiap tahun wilayahnya dan desa sekitar mengalami banjir. Namun, banjir tahun ini paling parah dalam 10 tahun terakhir. Setelah dicari penyebabnya, Adi mengetahui informasi jebolnya tanggul di Desa Jagapura, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon. Sebagai desa paling ujung dari aliran sungai menuju ke laut, otomatis Desa Singakerta dan sekitarnya menjadi lokasi luapan air sungai yang dikirim dari wilayah hulu. Selain itu, dataran di Desa Singakerta dan sekitarnya, lebih rendah dari sungai yang ada. “Satu desa kami terendam. Ada rumah ambruk dan warga mengeluh sakit,” tukasnya. Atas hal ini, baik Adi maupun pemerintah desa setempat, hanya pasrah menerima banjir kiriman dari wilayah hulu. Desa/Kecamatan Kapetakan berbatasan langsung dengan Desa Singakerta Kabupaten Indramayu. Wilayah yang menjadi perbatasan akhir kedua kabupaten itu, juga terkena banjir. Kuwu Desa/Kecamatan Kapetakan, Nawati menjelaskan, ada satu blok atau 25 RT dengan jumlah warga 480 jiwa, terendam banjir di wilayah Desa Kapetakan. Meskipun sudah membuat posko darurat, namun langkah evakuasi sulit dilakukan. Mengingat, genangan air mencapai lebih dari 1 meter. “Banjir sudah dua hari terakhir. Banyak warga kami yang sakit dan baru dievakuasi sekarang,” ujarnya. Terpisah, Tim Satuan Pelaksanaan (Satlak) Penanggulangan Bencana Alam Kabupaten Cirebon mengaku terus melakukan penanganan dan siaga 24 jam terhadap korban banjir. Bahkan, setelah banjir melanda wilayah Kecamatan Gegesik, kini tim Satlak pun langsung fokus dan terjun untuk mengevakuasi korban banjir yang berada di wilayah Kapetakan. Ketua Tim Satlak Drs H Dudung Mulyana MSi melalui Sekretaris Satlak H Zainal Abidin SE MM mengatakan, Satlak terus berupaya untuk membantu masyarakat dan korban banjir. Satlak bertugas mengantisipasi sebelum terjadi bencana, mentransformasikan informasi dari BMG serta ketika terjadi bencana. Tim ini selain bergerak membantu menanggulangi bencana, juga berperan aktif menyosialisasikan hal-hal yang menyangkut penanggulangan bencana. Di sini, lanjut Zainal, untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi, timnya telah dibekali ilmu penanggulangan sehingga ketika diterjunkan mereka telah memahami tugasnya masing-masing. \"Kami terus berupaya untuk siaga 24 jam. Sesaat setelah banjir, kami pun langsung evakuasi para korban dan sekarang kita juga sedang difokuskan ke banjir di Kapetakan,\" ujarnya kepada Radar, kemarin. Lebih lanjut, pihaknya bersama Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung (BBWSCC) beserta Dinas PSDAP Kabupaten Cirebon telah melakukan rapat koordinasi untuk perbaikan jebolnya sungai Jonggol. Rencananya, usai air surut sungai akan segera dilakukan perbaikan dan pengerukan. \"Kita sudah Rakor, BBWSCC berjanji akan melakukan perbaikan dan pengerukan sungai. Untuk saat ini, sungai sedang dilakukan penyanggahan sementara menggunakan karung bronjong,\" tuturnya. Saat ini berbagai bantuan dan tim relawan sudah mulai berdatangan. Mulai dari logistik, dapur umum yang dibangun oleh PMI Kabupaten Cirebon, tenda darurat, perahu karet dan sebagainya. \"Alhamdulillah bantuan sudah berdatangan, barusan PMI buka dapur umum di markasnya yakni di Plered. Hasil masuk dari dapur tersebut langsung dikirimkan ke korban bencana. Kami juga membutuhkan jalinan koordinasi yang baik antara masyarakat, desa, kecamatan, agar masyarakat yang membutuhkan bantuan penanggulangan bencana dapat kami respon dengan cepat,” ujarnya. (ysf/via)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: