Mangkuk Merah Ritual Panggilan Perang Suku Dayak Melawan Jepang, Tentara Kaisar Tak Berkutik di Kalimantan

Mangkuk Merah Ritual Panggilan Perang Suku Dayak Melawan Jepang, Tentara Kaisar Tak Berkutik di Kalimantan

Mangkuk Merah ritual perang Suku Dayak melawan Jepang. Foto:-Istimewa-Net-

Sementara itu, pasukan Jepang di Kalimantan dipimpin oleh Letnan Nagatani.

Perang ini dikenal dengan Perang Dayak Desa. Suku Dayak Desa sendiri menetap di sekitar Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat.

BACA JUGA:Mengingat Kembali Momen Genting Suakarno-Hatta Diculik Pemuda ke Karawang Sebelum Proklamasi 17 Agustus 1945

Pada waktu itu, terdapat sekitar 50 kampung dengan jumlah penduduk sekitar 11.273 jiwa.

Berdasarkan catatan dua sejarawan Kalimantan Barat bernama Syafaruddin Usman dan Isnawita Din, Perang Dayak Desa berawal dari Peristiwa Suak Garong. 

Peristiwa itu dipicu oleh kekecewaan para pekerja perusahaan kayu Sumitomo Shokusan Kabushiki Kaisan dan KKK. Mereka kecewa dan sudah muak karena terus bekerja namun tidak mendapatkan upah yang layak.

Di samping itu, Jepang mengangkat beberapa orang Dayak untuk menjabat sebagai mandor atau pengawas. Maka terjadilah kesenjangan. 

Mandor dan pengawas yang berasal dari penduduk lokal ini digunakan sebagai alat dan tameng. Diperintahkan sebagai mata-mata bagi para pekerja atau buruh kasar.

Tidak hanya itu, para buruh juga mengalami kelaparan. Sementara mereka dilarang pulang ke rumah walaupun hanya untuk bertemu anak dan istri.

Beberapa buruh yang sudah nekat akhirnya kabur dari perusahaan dan pulang ke kampungnya. Kejadian itu membuat seorang pengawas warga Jepang bernama Yamamoto murka. 

BACA JUGA:Kenapa Makam Sultan Cirebon Ada di Pesarean Giri Laya Imogiri Bantul Bersama Raja-raja Mataram? Ini Jawabannya

Yamamoto pergi ke kampung tersebut dan memukul siapa saja yang ditemuinya. Dia kemudian digelari Tuan Pentong oleh warga desa. 

Suatu ketika, Yamamoto bertemu Pang Rontoi, salah seorang tokoh Suku Dayak di desa tersebut kemudian memukulnya. Pang Rontoi yang tidak terima kemudian membalasnya.

Setelah kejadian itu, rakyat yang sudah muak kemudian bersatu menggelar perundingan untuk melawan Jepang. Panggilan lewat ritual Mangkuk Merah pun dilakukan.

Pasukan Suku Dayak pun bergerak. Jepang terkejut dan tak berkutik. Mereka tak menyangka Suku Dayak yang dianggap tak tau ilmu perang dan tidak memiliki peralatan modern mampu mengalahkan mereka. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: