Maskapai Bisa Cuan di Bandara Kertajati, Tapi Syaratnya Berat, Tol Cisumdawu Saja Dianggap Tidak Cukup

Maskapai Bisa Cuan di Bandara Kertajati, Tapi Syaratnya Berat, Tol Cisumdawu Saja Dianggap Tidak Cukup

Maskapai di Bandara Kertajati Majalengka bisa cuan bila didukung dengan sarana transportasi darat memadai. Suasana di Bandara Internasional Kualanamu yang terkoneksi dengan kereta bandara.-Yuda Sanjaya/Dok-radarcirebon.com

MAJALENGKA, RADARCIREBON.COMMaskapai yang membuka rute penerbangan ke Bandara Kertajati bisa mendulang cuan, bila didukung dengan sarana prasarana transportasi yang memadai.

Pengamat penerbangan, Gatot Raharjo menilai, akses menuju Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Ketajati perlu ditambah.

Sebab, Jalan Tol Cileunyi Sumedang Dawuan (Cisumdawu) saja tidak cukup. Perlu sarana transportasi lain yang memudahkan masyarakat.

Apalagi potensi penumpang juga cukup besar. Tidak hanya dari Bandung, tetapi dari daerah di sekitarnya. Mulai dari Majalengka, Cirebon.

BACA JUGA:DUH! 34 Bandara Internasional, Hanya 2 yang Menjalankan Fungsinya Bandara Husein Sastranegara Turun Kasta?

"Harus ada angkutan umumnya kayak bus kalo bisa sih dibuat kereta api,” ujar Gatot Raharjo, dilansir dari Bloomberg Technoz, Selasa, 29, Agustus 2023.

Gatot mencontohkanBandara Internasional Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara. Ketika dioperasikan, pemerintah langsung menutup Bandara Polonia di Kota Medan.

Sehingga penumpang mau tidak mau pindah ke sana. Tetapi, disediakan sarana transportasi. Misalnya menggunakan kereta bandara.

“Jarak dari Kota Medan ke Bandara Kualanamu itu hampir sama seperti dari Bandung ke Bandara Kertajati,” katanya.

BACA JUGA:Dari Cirebon ke Pekalongan, Ini Agenda Presiden Jokowi dan Rombongan

Di sisi lain, pengamat penerbangan, Alvin Lie menilai, seharusnya pembangunan bandara yang dilakukan dengan ideal adalah secara bertahap.

Misalnya Bandara Internasional Soekarno Hatta. Ketika dibuka pada tahun 1985 hanya memiliki 1 landas pacu dan 1 terminal. Kemudian dikembangkan untuk menampung penumpang hingga seperti sekarang ini.

“Bandara Kertajati dibangun sekaligus untuk kapasitas besar, tetapi mengabaikan kajian untuk kebutuhan muatan,” kata Alvin.

Alhasil biaya operasi dan pengembalian modal terlalu besar, dan tidak mampu memenuhi kebutuhan operasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: